
Beda dengan Tetangga, Saham Emiten 'Leisure' RI Masih Tiarap!

Tim Riset CNBC Indonesia mencoba mengerucutkan beberapa sektor yang berkaitan dengan prospek bangkitnya ekonomi Indonesia dengan adanya vaksin Covid-19. Hanya saja, sentimen vaksin tampaknya dalam jangka pendek ini belum terlalu berpengaruh bagi emiten-emiten leisure atau emiten penerbangan, rekreasi, dan bisnis perhotelan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ada lima emiten yang dicoba dianalisis yakni PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), Panorama Sentrawisata Tbk (PANR), PT Citra Putra Realty Tbk (CLAY), dan PT Hotel Sahid Jaya International (SHID).
Kelima emiten ini tercatat mencatatkan gerak saham yang beragam pagi ini, Rabu (17/2/2021).
Menurut data BEI, Rabu (17/2/2021) pukul 10:04 WIB, saham PJAA melemah 0,88% ke Rp 560/saham, setelah sempat menghijau di awal perdagangan.
Selama sepekan, saham pemilik wahana Dunia Fantasi (Dufan) ini tercatat naik 6,54% dari sebelumnya Rp 535/saham pada minggu lalu (10/2/2021).
Tapi, sejak awal tahun 2021, PJAA sudah ambles 39,36%.
Emiten penerbangan pelat merah GIAA menguat 0,59% ke posisi Rp 342/saham pagi ini. Total volume perdagangan sebesar 5,85 juta dengan nilai transaksi Rp 1,99 miliar. Sama seperti PJAA, secara year to date (YTD) GIAA sudah melemah 24,67%.
Emiten selanjutnya adalah PANR. Saham emiten pariwisata ini stagnan di posisi Rp 129/saham sejak awal pembukaan pasar pagi ini (17/2/2021). PANR mencatatkan pelemahan yang dalam, yakni 60,19% sejak awal tahun ini.
Emiten hotel CLAY tercatat belum bergerak dari posisi Rp 1.450/saham sejak awal perdagangan sesi I pagi ini. Secara YTD, CLAY melemah 54,69%.
Emiten hotel lainnya, SHID, juga tercatat belum bergerak dari posisi Rp 2.470/saham sejak pembukaan pasar pagi ini.
Pada penutupan perdagangan kemarin (16/2/2021), kelima saham ini juga bergerak beragam.
Saham PJAA tercatat menguat 0,89% ke Rp565/saham, GIAA melorot 1,16% ke posisi Rp 340/saham, PNAR stagnan di posisi 129/saham, CLAY terapresiasi 2,47% ke Rp 1.450/saham, dan SHID tertahan di Rp 2.470/saham.
Sampai Rabu (16/2/2021), realisasi vaksinasi di tanah air tercatat belum signifikan. Mungkin hal ini salah satu sentimen yang membuat emiten pariwisata belum bisa menggeliat lagi.
Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per Rabu (16/2/2021), total vaksinasi dosis pertama yang sudah disuntikkan ke masyarakat sebanyak 1.120.963 dosis dan dosis kedua sebanyak 537.147 dosis. Jumlah realisasi vaksinasi tersebut masih sangat jauh dari total sasaran vaksinasi sebesar 181,55 juta.
Meskipun begitu, ada kabar baik soal vaksin Covid-19 RI. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang sudah memberi lampu hijau untuk vaksin buatan Bio Farma, kemarin (16/2/2021).
Sebagai informasi, Indonesia sudah memesan 140 juta lebih vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech. Namun hanya 3 juta dosis vaksin yang tersedia dalam bentuk jadi. Sisanya masih dalam bentuk bahan baku atau bulk, untuk kemudian diproses dan diproduksi oleh Bio Farma menjadi vaksin Covid-19.
Kepala BPOM, Penny Kusumastuti Lukito mengumumkan EUA atau izin penggunaan darurat telah diberikan pada vaksin buatan Bio Farma. Vaksin yang akan diproduksi Bio Farma itu diberi nama Vaksin COVID-19 dengan nomor EUA 2102 9075 43A1.
Walaupun sebelumnya vaksin berasal dari Sinovac, Penny menjelaskan vaksin baru ini tetap harus mendapatkan izin penggunaan yang berbeda dari vaksin Sinovac yang telah lebih dulu mendapatkan izin di Indonesia.
"Namun membutuhkan pengujian khusus dan pemberian emergency use authorization terpisah karena adanya perbedaan tempat produksi, kemasan sebelumnya single dos sekarang menjadi multiple dos lebih efisien lebih efektif," kata Penny dalam konferensi pers online, Selasa (16/2/2021).
(tas/tas)[Gambas:Video CNBC]
