Investor Borong Surat Utang Pemerintahan Biden, Rupiah Lemas

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 February 2021 16:48
dolar-Rupiah
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan spot hari ini. Sayang sekali, padahal performa rupiah cukup apik pada awal-awal perdagagan.

Pada Selasa (16/2/2021), US$ 1 setara dengan Rp 13.920 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,14%. Apresiasi rupiah sempat menebal mendekati 0,3%.

Namun beberapa menit jelang tengah hari, rupiah mulai masuk jalur merah. Selepas itu, rupiah kesulitan untuk kembali ke zona hijau.

Rupiah kehilangan tenaga karena minimnya arus modal ke pasar keuangan Tanah Air. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang masih bisa menguat 0,35%. Namun investor asing membukukan jual bersih Rp 378,2 miliar di seluruh pasar.

Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun naik 3,6 basis poin (bps). Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena kurangnya permintaan atau terjadi aksi jual.

Namun rupiah tidak sendiri. Hampir seluruh mata uang utama Asia pun tidak berdaya menghadapi dolar AS. Sejauh ini hanya yuan China dan ringgit Malaysia yang masih bisa menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 15:40 WIB:

Halaman Selanjutnya --> Yield Obligasi Naik, Dolar AS Bangkit

Sepertinya dolar AS menemukan kembali tajinya. Ini didorong oleh kenaikan yield obligasi pemerintah Negeri Adidaya.

Padapukul 15:29 WIB, yield US Trasury Bond tenor 10 tahun naik 3,2 bps ke 1,2316%. Ini adalah level tertinggi sejak Maret 2020.

Kenaikan yield menandakan bahwa surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden memang sedang mengalami tekanan jual. Harga pun semakin murah.

Namun pada satu titik, tingginya yield dan murahnya harga obligasi pemerintah AS akan membuat investor melirik. Hasilnya, arus modal asing yang awalnya berkerumun di pasar keuangan negara berkembang (termasuk Indonesia) kini beralih ke AS.

"Dolar AS pun rebound, membuat mata uang Asia melemah. Ini disebabkan oleh kenaikan yield obligasi pemerintah," ujar Khoon Goh, Headof Asia Research di ANZ, sebagaimana diwartakan Reuters,

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular