Bursa Asia Pesta Pora, Nikkei Jepang 'To The Moon'

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 February 2021 16:55
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia kompak ditutup di zona hijau pada Senin (15/2/2021), meskipun pasar saham di Asia masih cenderung sepi karena beberapa negara masih libur tahun baru Imlek.

Tercatat indeks Nikkei Jepang ditutup meroket 1,91% ke level 30.084,15 dan berhasil menyentuh level psikologis 30.000 untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 tahun setelah ekonomi Negeri Matahari Terbit itu tumbuh 12,7% per Desember 2020 (disetahunkan).

Selanjutnya, KOSPI Korea Selatan juga ditutup melesat 1,5% ke level 3.147 dan Straits Times Index (STI) Singapura menguat 0,21% ke level 2.931,52.

Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai China hari ini belum dibuka karena masih libur tahun baru Imlek.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini kembali ditutup menguat 0,77% di level 6.270,32.

Data perdagangan mencatat, nilai transaksi pada hari ini mencapai Rp 12,2 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 573 miliar di pasar reguler.

Jepang melaporkan kabar baik pada perekonomiannya diĀ 3 bulan terakhir 2020. Pemerintah mengumumkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal keempat (Q4) 2020 tumbuh 12,7% (year on year/yoy).

Angka ini bahkan lebih tinggi dari prediksi banyak analis sebelumnya. Pengamat yang dihimpun Reuters misalnya, hanya memprediksi pertumbuhan sebesar 9,5%.

Dalam basis kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), PDB Jepang tumbuh 3% di 2020. Tiga bulan sebelumnya, PDB Jepang juga tumbuh 5,3%.

Melansir Reuters, ada beberapa faktor yang menunjang ekonomi. Perdagangan internasional yang berkontribusi sangat positif terhadap pertumbuhan karena ekspor melonjak 11% sementara impor naik 4,1%.

Namun meski begitu, secara keseluruhan di 2020, ekonomi Jepang masih mencatatkan kontraksi atau pertumbuhan negatif sekitar 4,8%.

Perekonomian Jepang masih diprediksi kurang baik di 2021. Hal ini terjadi karena keputusan pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah darurat dan pembatasan wilayah (lockdown) baru mulai Januari 2021 akibat meningkatnya kembali kasus aktif virus corona (Covid-19).

Saat ini negeri di Pasifik itu mencatatkan 415 ribu kasus virus corona dengan angka kematian hampir mencapai 7 ribu kasus.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), Presiden ke-46 Joseph 'Joe' Biden terus berupaya untuk mendorong agar stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun agar bisa cair secepatnya.

Selain itu, untuk memulihkan perekonomian AS yang mati suri akibat Covid-19, Biden juga memborong sejumlah besar pasokan vaksin.

Sebelumnya juga pada Kamis (11/2/2021) pekan lalu, Biden telah meneken kesepakatan pembelian 200 juta dosis vaksin Covid-19 dari Moderna dan Pfizer, sehingga total dosis vaksin yang dimiliki Negara Adidaya itu mencapai 600 juta.

Program vaksinasi yang terus berjalan meski penuh tantangan membuat optimisme membuncah. Pelaku pasar dan investor menjadi lebih agresif untuk memburu aset-aset berisiko seperti saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Hijau Royo-royo, Nikkei Paling Kencang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular