Long Weekend Berakhir, Rupiah Langsung Tancap Gas!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2021 09:20
Dollar-Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Selepas libur panjang, investor ternyata tidak perlu beradaptasi terlebih dulu sehingga langsung ngegas.

Pada Senin (15/2/2021), US$ 1 dihargai Rp 13.950 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru Imlek.

Ya, pasar keuangan Indonesia baru dibuka setelah libur panjang. Perdagangan terakhir adalah 11 Februari 2021, yang rasanya sudah lama sekali.

Akhir peka lalu, ada rilis data yang terlewatkan oleh investor di Indonesia yaitu data ketenagakerjaan di AS. Pada pekan yang berakhir 6 Februari 2021, jumlah klaim tunjangan pengangguran di Negeri Paman Sam turun 19.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 793.000. Masih jauh di atas konsensus yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 757.000.

Data ini menunjukkan bahwa memang betul ekonomi AS mulai menggeliat, lapangan kerja kembali tercipta. Namun dampak yang ditimbulkan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terlalu besar, mustahil untuk bangkit 100% dalam waktu singkat. Angka pengangguran masih sangat tinggi.

"Para penganggur masih kesulitan untuk kembali bekerja. Ini membutuhkan kerja yang lebih keras lagi dari para pembuat kebijakan," tegas Scott Anderson, Kepala Ekonom Bank of The West yang berbasis di San Francisco (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Selama pandemi, sekitar 22,2 juta lapangan kerja di AS hilang dan saat baru baru kembali 12,3 juta, perjalanan masih panjang. Badan Anggaran Kongres AS memperkirakan penciptaan lapangan kerja belum bisa kembali seperti masa sebelum pandemi sebelum 2024. Sepertinya jalan menuju kebangkitan masih sangat panjang dan berliku.

Halaman Selanjutnya --> Gara-gara Ini, Rupiah Langsung Menguat

Namun, pelaku pasar cepat move on dan melihat apa yang terjadi hari ini. Setidaknya ada dua sentimen yang bisa menggerakkan arus modal ke aset-aset berisiko di negara berkembang, sehingga menjadi berkah bagi rupiah.

Pertama adalah rilis data perdagangan internasional Indonesia periode Januari 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 14,49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara ekpsor diperkirakan tumbuh -2,4% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mencatat surplus US$ 1,78 miliar.

Kinerja ekspor yang impresif pada Desember 2020 diperkirakan berlanjut pada awal tahun. Ini membawa harapan bahwa transaksi berjalan (current account) Indonesua akan tetap sehat. Dalam transaksi berjalan yang sehat, akan ada mata uang yang kuat.

Kedua adalah vaksinasi anti-virus corona yang semakin luas. Berdasarkan catatan Our World in Data, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan di seluruh negara per 13 Februari 2021 adalah 171.350.886 dosis. Rata-rata tujuh harian adalah 6.026.566 dosis per hari.

Vaksin adalah 'senjata' utama dalam memerangi virus corona. Vaksin (jika efektif) akan membentuk kekebalan diri untuk menghalau serangan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.

Semakin banyak orang yang disuntik vaksin maka yang kebal akan semakin bertambah. Jika sebagian besar penduduk bumi sudah kebal, maka terciptalah apa yang kita semua cita-citakan yaitu kekebalan kolektif (herd immunity). Ketika ini tercapai, maka rantai penularan akan terputus dan boleh ucapkan selamat tinggal kepada pandemi.

Dua kabar ini bisa memantik optimisme pelaku pasar sehingga berani bermain 'menyerang'. Apabila terjadi, maka tentu menjadi sentimen positif di pasar keuangan Indonesia sehingga mampu mendongkrak performa rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular