Bursa Wall Street Variatif, Indeks Dow Jones Merah Sendirian!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
12 February 2021 07:52
Emiten Wall Street. AP
Foto: Emiten Wall Street. AP

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup variatif pada penutupan perdagangan Kamis (11/12/2020) atau Jumat pagi waktu Indonesia, dengan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merah, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup hijau.

Data perdagangan mencatat, DJIA turun 7,1 poin atau 0,02% menjadi 31.430,7. S&P 500 naik 6,5 poin atau 0,17% menjadi 3.916,38, dan Nasdaq Composite bertambah 53,24 poin atau 0,38%, menjadi 14.025,77.

Beberapa saham di Dow Jones yang melorot di antaranya Walgreens 2,88%, 3M Co 1,33%, dan Amgen Inc 0,7%. Sementara di Dow Jones, masih ada sejumlah saham penguat di antaranya saham Intel naik 3%, Visa 2,2%, dan Coca-Cola 1,4%.

Saham-saham di sektor teknologi naik 1,1% dan memberikan dorongan kuat bagi penguatan S&P 500, sementara saham-saham sektor energi turun seiring dengan koreksi harga minyak.

Harga minyak dunia terkoreksi, mengakhiri rentetan kenaikan kuat setelah OPEC dan Badan Energi Internasional menyatakan tindakan penguncian baru dan munculnya varian virus corona baru mengurangi prospek pemulihan permintaan yang cepat.

Harga minyak mentah Brent turun 33 sen menjadi US$ 61,14 (Rp 855 ribu) per barel, sementara minyak mentah AS turun 44 sen menjadi US$ 58,24 (Rp 814 ribu).

Saham perusahaan ganja yang terdaftar di AS berbalik turun tajam setelah sektor tersebut menarik perhatian investor ritel yang terinspirasi Reddit pada pekan ini. Saham Tilray turun 31.75 poin atau 49.68% menjadi US$ 32.16/saham.

Investor terus mencerna prospek kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed) yang dovish alias kalem. Ketua the Fed Jerome Powell meyakinkan investor pada Rabu bahwa suku bunga akan tetap rendah untuk beberapa waktu untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan, tetapi tidak memberikan wawasan baru tentang kebijakan moneter.

"Selama berita ekonomi sulit, Fed akan terus bertindak, yang akan menopang pasar saham," kata Sandy Villere, manajer portofolio di Villere & Co di New Orleans, Louisiana, dikutip dari Reuters.

Indeks utama Wall Street baru-baru ini mencapai rekor tertinggi terkait prospek tagihan bantuan senilai US$ 1,9 triliun.

Sementara itu, Indeks pan-Eropa STOXX 600 naik 0,46% dan indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,25%.

Di sektor cryptocurrency, bitcoin mencapai rekor lain US$ 48.481,45, karena terus bergerak menuju angka US$ 50.000 atau setara Rp 700.000 per koin. Harganya terakhir kali melesat 6,3% di level US$ 47.685, naik setelah berita bahwa BNY Mellon menjadi perusahaan terbaru yang merangkul cryptocurrency.

Indeks dolar juga jatuh terhadap beberapa mata uang utama, terbebani oleh data klaim pengangguran AS yang sedikit lebih lemah dari perkiraan yang mengikuti angka inflasi hangat. Indeks dolar turun 0,033%, dengan euro naik 0,02% menjadi US$ 1,2131.

Imbal hasil obligasi AS atau US Treasury naik setelah Departemen Keuangan melihat permintaan yang lemah untuk penjualan obligasi tenor 30 tahun terbaru, tetapi mereka bertahan di bawah level yield (imbal hasil) tertinggi yang dicapai awal pekan ini setelah data inflasi pada Rabu mengecewakan.

Yield untuk obligasi AS benchmark atau acuan 10 tahun turun 4/32 dalam harga menghasilkan 1,1648%, dari 1,152% pada akhir Rabu. Sementara harga spot emas dunia menjadi US$ 1,825.03 per ounce.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan 'Setan' Tapering Makin Nyata, Wall Street Panik!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular