Roundup

Duduk Perkara Erick Kirim Balik 12 Bombardier CRJ 1000 Garuda

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
11 February 2021 09:35
Bombardier CRJ1000/Detik
Foto: Bombardier CRJ1000/Detik

Di sisi lain, untuk 6 armada CRJ-1000 yang saat ini dioperasikan dengan skema financial lease, Garuda Indonesia juga telah mengupayakan langkah negosiasi bersama EDC dengan mekanisme early payment settlement sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Erick juga mengatakan pertimbangan lainnya adalah karena adanya indikasi pidana suap yang dilakukan oleh produsen pesawat tersebut kepada manajemen Garuda saat ini proses pembelian dilakukan.

Kasus suap tersebut telah ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan juga tengah dilakukan investigasi oleh Serious Fraud Office (SFO) di Inggris terhadap produsen pesawat asal Kanada tersebut.

"Tentu keputusan ini ada landasannya, kita tahu bagaimana kami mempertimbangkan tata kelola perusahaan yang baik transparan akuntabilitas dan profesional dimana juga melihat dari keputusan dari komisi pemberantasan korupsi Indonesia dan juga penyelidikan serius fraud dari Inggris terhadap indikasi pidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda saat proses pengadaan pesawat tahun 2011," jelas dia.

Belum lagi ada kondisi force majeur dengan pandemi Covid -19 yang memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi besar-besaran untuk bertahan.

Garuda Merugi

Manajemen Garuda mengatakan mengalami kerugian US$ 30 juta atau setara Rp 418,78 miliar (dengan asumsi kurs Rp 13.959?/US$) per tahun karena mengoperasikan pesawat Bombardier jenis CRJ-1000.

"Jadi memang tidak dapat dipungkiri selama 7 tahun dioperasikan ini setiap tahun secara rata-rata mengalami kerugian penggunaan pesawat CRJ lebih dari US$ 30 juta dolar per tahun. Sedang sewanya US$ 27 juta. Jadi setiap tahun Garuda keluarkan sewa US$ 27 juta untuk 12 dan rugi lebih dari US$ 30 juta," kata Irfan Setiaputra, Dirut Garuda, saat konferensi pers, Rabu (10/2/2021).

Dia menyebutkan dengan mengembalikan pesawat ini, maka dalam beberapa tahun ke depan perusahaan akan menghemat biaya sebesar US$ 220 juta.

Garuda Indonesia sedang menunggu jawaban dari EDC atas penawaran perusahaan untuk melakukan cash settlement sebesar US$ 5 juta dari total kewajiban Garuda Indonesia sebesar US$ 46 juta untuk 6 pesawat dengan jenis yang sama.

"Saat ini, proses negosiasi dengan EDC masih terus berlangsung. Apabila hal tersebut disetujui EDC, maka 6 pesawat CRJ 1000 tersebut akan digunakan seoptimal mungkin untuk mendukung operasional perusahaan," ujar Irfan.

Selama 8 tahun beroperasi, penggunaan Bombardier CRJ 1000 menciptakan kerugian yang cukup besar untuk Garuda Indonesia. Irfan menambahkan, apabila tetap digunakan, potensi kerugian yang muncul akan lebih besar.

Oleh karena itu, meskipun ada konsekuensi, Irfan menegaskan, pihaknya siap menanganinya secara profesional. "Pemberhentian secara terpihak akan menciptakan konsekuensi terpisah, kami siap untuk menangani konsekuensi tersebut secara profesional," tandas Irfan.

(tas/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular