
Analis Optimistis Saham BCA Bisa Bergerak ke Rp 38.000/unit

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah merilis laporan keuangan awal pekan ini, Senin (9/2/2021), pelaku pasar tampaknya optimisitis harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Salah satu broker di Bursa Efek Indonesia, Panin Sekuritas, memasang target harga saham BCA ke level Rp 38.000/unit.
Dalam riset yang dipublikasi kemarin, Selasa (9/1/2021), Panin Sekuritas memberikan rekomendasi beli (buy) untuk saham BCA dengan target price Rp 38.000/unit.
"Kami positif untuk outlook perseroan, khususnya di segmen digital, dimana super app yang akan diluncurkan di 2Q21 akan menjadi katalis positif. Kami masih merekomendasikan BUY dengan target harga Rp38.000 (implied PB 4,0x di 2021)," tulis Nico Laurens Analis Panin Sekuritas tersebut.
Ada empat faktor yang menjadi katalis positif BCA:
- pertumbuhan CASA yang positif,
- kualitas aset dan manajemen risiko yang baik,
- ekspansi digital yang agresif serta
- likuiditas yang lebih kuat dengan funding cost yang rendah.
Dalam riset ini diuraikan, pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) BCA tumbuh sebesar 19,3% YoY menjadi Rp 840,7 triliun. Pendorongnya adalah rasio dana murah alias CASA (Current Account Saving Account) meningkat 76,6% pada Desember 2020, naik 1,1% dibandingkan Desember 2019.
Ekspansi digital, terutama kerjasama BCA dengan fintech dan e-commerce, jadi faktor pendorong pertumbuhan CASA.
Selain itu, produk yang muncul akibat kebijakan new normal saat pandemi Covid-19 menghantam, seperti fitur lifestyle di mBCA, pembayaran debit online, QRIS dan pembayaran nirsentuh (contactless payment) EDC membantu menopang pertumbuhan dana murah.
Pihak BCA mengindikasikan DPK masih akan tumbuh, meskipun lebih rendah di tahun depan. Likuiditas BBCA juga masih akan ditopang stimulus pemerintah, seperti subsidi gaji dan anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Dalam riset tersebut, Panin Sekuritas juga menulis, ada indikasi dari manajemen DPK masih akan tumbuh, tapi lebih rendah di tahun depan, dimana likuiditas di perbankan masih akan didorong oleh dukungan pemerintah, seperti subsidi gaji dan anggaran PEN. Likuiditas tercatat masih kuat, dimana saat ini LDR di 65,8% di 2020 (2019: 80.5%).
Meskipun segmen kredit konsumer masih tercatat melemah dan turun 10,8% menjadi Rp158,3 triliun tapi bisa ditahan dari segmen kredit properti.
Tapi, nampaknya segmen konsumer masih relatif flat di tahun depan, akibat masih lesunya permintaan untuk properti dan otomotif.
Emiten dengan kapitalisasi pasar Rp853,06 triliun ini mematok target kredit bakal tumbuh 4%-6% di 2021. Faktor pendorongnya masih segmen korporasi, khususnya sektor CPO, perusahaan berbasis ekspor serta infrastruktur.