Masa Depan Dolar AS Masih Suram, Rupiah Bakal Melaju Kencang?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 February 2021 17:48
dollar
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan, dan prediksi masa suram raja mata uang dunia ini masih belum berakhir.

Melansir data Refinitiv, pada 5 Januari lalu indeks dolar AS (DXY) menyentuh level terendah nyaris 3 tahun di 89,209. Setelahnya, DXY perlahan bangkit dan menyentuh 91,602 pada pekan lalu, yang merupakan level tertinggi sejak 1 Desember. Secara persentase, dari 5 Januari hingga pekan lalu, indeks dolar AS sudah menguat 2,68%.

Sementara pada hari ini, Selasa (9/2/2021) melemah 0,35% ke 90,614. Sejak menyentuh level tertinggi 2 bulan pada pekan lalu, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini malah merosot 3 hari beruntun dengan total 1%.

Pelemahan DXY tersebut sebenarnya sudah diprediksi sejak lama. Bahkan survei terbaru menunjukkan semakin banyak para analis yang memprediksi dolar AS akan melemah.

Reuters melakukan survei pada 1-4 Februari lalu, dari 73 analis sebanyak 63 atau 83% melihat dolar AS masih akan berada di level saat ini atau semakin lemah dalam 3 bulan ke depan. Hanya 10 orang yang memprediksi the greenback akan menguat.

"Masih banyak ruang penurunan bagi dolar AS, dan perspektif jangka panjang kami dolar AS masih akan melemah, bukan menguat," kata Steve Englander, kepala riset mata uang G10 di Standard Chartered, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (5/2/2021).

Reuters juga melaporkan, para spekulator mata uang masih mengambil posisi jual (short) dolar AS yang besar meski terjadi pengurangan yang sangat signifikan pada pekan lalu.

Berdasarkan data dari Commodity Futures Trading Commission (CTFC) posisi short dolar AS pada pekan yang berakhir 2 Februari tercatat sebesar US$ 27,95 miliar, turun tajam dari pekan sebelumnya US$ 33,81 miliar.

"Posisi net short saat ini berada di level ekstrim, membuat dolar AS sulit untuk bangkit dari level saat ini. Kami juga melihat sangat sedikit alasan yang bisa membuat dolar AS berbalik menguat dalam beberapa pekan ke depan," kata David Alexander Meier, ekonom di Julius Baer, sebagaimana dilansir Reuters.

Reuters juga melakukan survei mengenai posisi dolar AS di akhir Februari. Hasilnya, sebanyak 44% melihat posisi net short akan berkurang, 38% melihat masih tetap di level saat ini, 14% memprediksi net short akan bertambah, dan hanya 4% yang melihat akan terjadi perubahan menjadi net long.

dxyFoto: Refinitiv

Dari hasil survei tersebut terlihat, di bulan Februari, nasib dolar AS belum akan berubah. Sebab 38% memprediksi posisi net short tidak berubah, dan 14% melihat akan terjadi penambahan.

Sementara itu, untuk kinerja dolar AS melawan mata uang utama, sebanyak 48% memprediksi tetap berada di kisaran saat ini, 38% akan mengalami pelemahan, dan hanya 14% yang melihat the greenback akan menguat.

Kinerja dolar AS bahkan diramal lebih buruk berhadapan dengan mata uang emerging market. Sebanyak 44% memprediksi dolar AS akan melemah, 43% tetap di level saat ini, dan hanya 13% yang memperkirakan terjadi penguatan.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Akan Menguat Tajam?

Sebagian salah satu mata uang emerging market, rupiah tentunya juga berpeluang menguat atau masih stabil di level saat ini, mengacu pada hasil survei tersebut.

Saat dolar AS menguat 2,68% sejak 5 Januari hingga pekan lalu, rupiah hanya melemah 0,7%. Bahkan pada pekan lalu saat indeks dolar mencapai level tertinggi 2 bulan, rupiah malah stagnan, bahkan dalam 2 pekan beruntun.

Pergerakan tersebut menunjukkan rupiah masih cukup kuat, tetapi kuat bertahan. Untuk melaju lebih jauh, rupiah masih belum punya tenaga. Sebabnya, masih tingginya penambahan kasus penyakit virus corona (Covid-19) di Indonesia. Padahal pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama 1 bulan terakhir. PPKM kini kembali diperpanjang, tetapi sedikit ada pelonggaran dan disebut PPKM Mikro mulai hari ini, Selasa (9/2/2021).

Selama 1 bulan pelaksanaan PPKM, rata-rata penambahan kasus per hari mencapai 11.779 orang. Rata-rata tersebut meningkat tajam dibandingkan sebulan sebelumnya sebanyak 7.622 kasus per hari.

Hingga 8 Februari kemarin, total kasus positif mencapai 1.166.079 orang, dengan lebih dari 31 ribu orang meninggal dunia, dan lebih dari 960 ribu orang sembuh. Kasus aktif saat ini tercatat sebanyak 171.288 orang.

Terus menanjaknya kasus Covid-19 membuat para investor khawatir pemulihan ekonomi Indonesia akan terganggu, apalagi kini PPKM sudah dilonggarkan.

Hal tersebut membuat daya tarik rupiah menurun di mata investor, yang ditunjukkan oleh survei 2 mingguan Reuters.

Survei tersebut menunjukkan para pelaku pasar masih mengambil posisi beli (long) rupiah tetapi porsinya terus menurun.

Survei yang dilakukan secara 2 mingguan tersebut melihat posisi yang diambil pelaku pasar terhadap 9 mata uang utama Asia melawan dolar AS.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Hasil survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (28/1/2021), menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long terhadap rupiah, meski nilainya terus menurun dari survei-survei sebelumnya.

Nilai posisi long untuk rupiah saat ini -0,41%, turun dari hasil survei sebelumnya -0,57%. Bahkan posisi long rupiah sudah menurun dalam 4 survei beruntun.

Berkaca dari survei sepanjang tahun lalu, yang konsisten dengan pergerakan rupiah, maka rupiah sulit untuk menguat lebih jauh.

Pada awal tahun 2020, rupiah juga menunjukkan kinerja impresif melawan dolar AS, namun di akhir Januari mulai meredup hingga akhirnya terpuruk.

Kala itu, di awal tahun investor dalam survei Reuters mengambil posisi long, yang perlahan terpangkas hingga akhirnya berbalik menjadi short, dan rupiah akhirnya KO.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri Resesi! IHSG Ambrol 2,6%, Rupiah Tak Mampu Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular