Baca Dulu 9 Informasi Ini, Penting untuk Pertimbangan Trading

Monica Wareza, CNBC Indonesia
09 February 2021 08:26
BEI
Foto: Seorang pria berjalan melewati layar di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta. (Reuters/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham domestik berpotensi menguat pada perdagangan hari ini, setelah di awal pekan, Senin (8/2/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,93% ke 6.208,87. Sejumlah katalis positif berpotensi mendorong kenaikan IHSG & sejumlah kabar yang mempengaruhi transaksi saham. 

Pada perdagangan kemarin, total nilai transaksi perdagangan sehari kemarin mencapai Rp 15 triliun. Nilai ini jaih dari rerata nilai transaksi sepanjang Januari 2021 yang sebesar Rp 23 triliun.

Investor Asing pun melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 211,57 miliar di pasar reguler.

Indeks Keyakinan konsumen (IKK) Indonesia pada Januari 2021 telah dirilis BI. IKK Januari turun dibandingkan bulan sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) semakin jauh dari level 100, ambang batas optimisme.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, IKK pada Januari 2021 berada di 84,9. Lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada Desember 2020 sebesar 96,5.

Penurunan keyakinan konsumen terutama disebabkan menurunnya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan yang akan datang.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh perkiraan terhadap ekspansi kegiatan usaha, ketersediaan lapangan kerja, dan penghasilan ke depan yang tidak sekuat pada bulan sebelumnya.

Untuk memulai lagi perdagangan hari ini Selasa (9/2/2021), ada baiknya disimak sederet kabar emiten yang terjadi kemarin.

1. Ini Dia Skema Lengkap Holding Ultra Mikro versi Sri Mulyani

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN mematangkan rencana pembentukan Sinergi Ultra Mikro. Sinergi ini akan menggabungkan tiga BUMN yaitu PT Pegadaian (Persero), PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang akan menjadi induk.

Nantinya pembentukan sinergi ini akan diawali dengan aksi korporasi penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dari Bank BRI.

"Holding dilakukan melalui persetujuan rights issue dari BRI di mana negara akan ambil bagian seluruhnya dengan cara alihkan seluruh sahan Seri B dari PNM dan Pegadaian diserahkan ke BRI," kata Menkeu.

2. Ada Pandemi Selama 2020, BCA Bukukan Laba Rp 27,1 T

Laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada 2020 turun 5% menjadi Rp 27,1 triliun. Penurunanan laba tersebut disebabkan peningkatan biaya pencadangan setelah pemerintah regulator menerapkan relaksasi merespons pandema covid-19.

Dalam paparan yang disampaikan Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F Haryn, dijelaskan selama 2020 rata-rata kredit tumbuh 4,7% secara tahunan.

"Sejalan dengan komitmen itu, rata-rata kredit tumbuh 4,7% secara tahunan (YoY), sedangkan total fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5% YoY," kata Hera, dalam paparan publik, Senin (8/2/2021).

3. Perbaikan Smelter Mulai Mei, Produksi Nikel Vale Bakal Drop

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berencana melakukan perbaikan tungku (furnace) smelter nikel mulai Mei 2021 selama sekitar enam bulan, sehingga diperkirakan bakal berdampak pada penurunan produksi nickel matte perusahaan pada 2021 ini.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Keuangan Vale Bernardus Irmanto kepada CNBC Indonesia.

Dia mengatakan, perbaikan fasilitas ini diperkirakan bakal tuntas pada November 2021 mendatang.

4. Walah 66 Emiten Kena 'Tato' Bursa, Grup Bakrie hingga AirAsia

Sebanyak 66 perusahaan tercatat (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mendapat notasi khusus alias 'tato' bagi emiten yang bermasalah. Hal ini terangkum dalam publikasi otoritas bursa sampai dengan Jumat (5/2/2021) pukul 15.00 WIB.

Dari daftar tersebut, terdapat dua perusahaan BUMN, yakni PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang mendapat notasi E dan PT Timah Tbk (TINS) yang mendapat notasi M.

Seperti diketahui, Bursa telah memberlakukan kebijakan ini sejak akhir Desember 2018 yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberlangsungan usaha perusahaan tercatat dan menjadi salah satu upaya untuk melindungi investor dari emiten yang sedang bermasalah.

5. Chandra Asri Gandeng Produsen Mobil Listrik BYD, Ngapain ya?

Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), menggandeng produsen mobil listrik terkemuka di dunia, BYD.

Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT ini memesan sebanyak 53 unit forklift listrik, yang merupakan jumlah armada forklift listrik terbesar di Indonesia yang disuplai oleh pabrikan asal China itu.

"Chandra Asri Petrochemical bermitra dengan BYD, produsen mobil listrik terkemuka di dunia, mengoperasikan 53 unit forklift listrik," tulis manajemen TPIA, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

6. Dicaplok Affinity, Sido Muncul Cetak Laba Rp 934 M di 2020

Emiten farmasi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mencatatkan perolehan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas sebesar Rp 934,01 miliar sepanjang tahun 2020.

Perolehan laba bersih tersebut naik 15,64% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 807,69 miliar.

Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan naiknya pendapatan perseroan sebesar 8,74% menjadi Ro 3,33 triliun dibanding periode yang sama pada tahun 2019 senilai Rp 3,07 triliun.

7. 'Bulan Madu' Berakhir! Saham Widodo Makmur ARB Lagi!

Harga saham perusahaan peternakan, PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (2/2/2021) lagi-lagi terjerembab pada Senin pagi ini (8/2/2021) ke batas bawah, auto reject bawah (ARB), dengan koreksi 6,82% di level Rp 246/saham.

Padahal pada pekan lalu, setidaknya setelah listing di BEI, dalam 3 hari saham emiten milik mantan bos PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Tumiyana ini sempat menikmati 'bulan madu' IPO (initial public offering, penawaran umum saham perdana) dengan berkali-kali auto reject atas (ARA).

8. Emiten Infrastruktur Internet EDGE Listing, Saham Melesat 20%

Perusahaan penyedia infrastruktur digital, PT Indointernet Tbk (EDGE), hari ini resmi melakukan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/2/2021).

EDGE merupakan emiten ke-7 yang mencatatkan sahamnya BEI pada tahun 2021.

Saham EDGE telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai efek syariah. EDGE telah menawarkan sebanyak 80,31 juta saham dengan harga penawaran Rp 7.375 per saham atau setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering).

9. Bandel! Ini 22 Emiten yang "Disemprot" BEI Gegara Lapkeu

Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan sanksi kepada 22 emiten lantaran belum menyampaikan laporan keuangan yang berakhir sampai dengan periode 30 September 2020.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 emiten dikenakan peringatan tertulis III dan diharuskan membayar denda sebesar Rp 150 juta karena melebihi tenggat waktu 90 hari yang seharusnya ditetapkan.

Adapun 21 emiten tersebut di antaranya PT Armidian Karyatama Tbk (ARMY), PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO), PT Cowell Development Tbk (COWL), PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA), PT First Indo American Leasing Tbk (FINN), PT Golden Plantation Tbk (GOLL), dan PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular