
Wall Street Cetak Rekor, Semangat Baru Buat IHSG ke 6.300

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,93% ke 6.208,866 pada perdagangan Senin kemarin. Meski demikian data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 211 miliar di pasar reguler.
IHSG melanjutkan penguatan nyaris 5% sepanjang pekan lalu, bahkan saat data menunjukkan keyakinan konsumen Indonesia pada Januari 2021 turun dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) semakin jauh dari level 100, ambang batas optimistis.
Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan, IKK pada Januari 2021 berada di 84,9. Lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada Desember 2020 sebesar 96,5.
Penurunan keyakinan konsumen terutama disebabkan menurunnya ekspektasi terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan yang akan datang.
Penurunan IKK tersebut sepertinya masih belum akan membendung penguatan IHSG pada hari ini, Selasa (9/2/2021), melihat sentimen pelaku pasar global yang sedang bagus.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa setelah Partai Demokrat merilis detail rencana stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun. Salah satu program dalam paket stimulus tersebut adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 1.400.
Rekor yang dicetak kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya mengirim sentimen poistif ke bursa Asia pagi ini, termasuk IHSG.
Secara teknikal, IHSG pada perdagangn Kamis (4/2/2021) membentuk Doji, secara psikologis pola ini mengindikasikan pasar masih kebingungan menentukan kemana arah IHSG. Artinya peluang IHSG ambrol atau melesat sama besarnya. Meski sehari setelahnya IHSG mampu membukukan penguatan, tetapi tekanan masih tetap ada.
Kabar baiknya, IHSG mampu bertahan di atas 6.000 dan rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50).
IHSG sebelumnya menembus ke bawah MA 50 setelah mengalami kemerosotan 7 hari beruntun pasca membentuk pola 3 gagak hitam (three black crow). Pola tersebut merupakan sinyal pembalikan arah, dari sebelumnya dalam tren menanjak berubah menjadi turun, atau "malapetaka" bagi IHSG.
Pola three black crow terdiri dari 3 candle stick yang menurun, dengan posisi penutupan candle terakhir selalu lebih rendah dari candle sebelumnya.
IHSG yang kini berada di atas MA 50 memberikan peluang berlanjunya penguatan IHSG, sekaligus menghentikan "bayang-bayang" tiga gagak hitam.
Tetapi jika kembali ke bawah 6.000, maka risiko berlanjutnya penurunan kembali muncul, dengan target ke kisaran 5.600 dalam beberapa pekan ke depan.
Level 5.600 berada di dekat dengan MA 100 serta Fibonnanci Retracement 61,8% yang bisa menjadi support kuat. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun 2020 di 3.911 pada grafik harian.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sebaliknya, stochastic pada grafik 1 jam sudah masuk ke wilayah jenuh beli, yang memunculkan risiko koreksi.
![]() Foto: Refinitiv |
Seperti disebutkan sebelumnya, dengan berada di atas MA 50, IHSG berpeluang kembali menguat, selama mampu bertahan di atasnya.
IHSG kemarin berhasil melewati 6.200, selama bertahan di atasnya peluang penguatan ke 6.260. Resisten selanjutnya 6.300 hingga 6.320.
Sementara itu jika kembali ke bawah 6.200, IHSG berisiko turun ke 6.160. Jika ditembus, IHSG berpeluang turun ke 6.110 hingga 6.090.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sederet Saham Pilihan Broker, tapi Hati-hati IHSG Bisa Jeblok