Jadi Bank Pencetak Laba Terbesar, Begini Respons Bos BCA

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
08 February 2021 17:25
Gedung Bank BCA
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja, memberikan respons sebagai bank nasional dengan perolehan laba bersih terbesar sepanjang tahun 2020.

Pada tahun lalu, BCA tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp 27,1 triliun, atau tercatat mengalami penurunan 5% dari tahun sebelumnya yang disebabkan biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset.

Meski dari sisi perolehan laba menjadi yang terbesar dari the big four, atau bank dengan nilai kapitalisasi pasar di atas Rp 100 triliun di Bursa Efek Indonesia, Jahja mengakui, secara kinerja di tahun ini mengalami penurunan. Hal ini tak lain disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terhambat.

"Dari 1998 kita gak pernah negatif growth, outstanding -2,5, termasuk BCA Finance, penyebab utama bukan masalah makroekonomi, perang dagang, mainly itu karena Covid, mobilitas berkurang," tutur Jahja, dalam konferensi pers secara virtual, Senin (8/2/2021).

Jahja melanjutkan, suatu bank dapat dikatakan untung bisa penyaluran kredit dilakukan secara optimal, salah satunya karena restrukturisasi kredit oleh para nasabah. Namun, kondisi ini tidak terjadi karena Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terus tumbuh. Sedangkan, loan to deposit ratio (LDR) tetap terjaga longgar sebesar 65,8%.

"Target kita adalah kredit, karena DPK tambah terus, ada uang yang belum bisa ditempatkan," bebernya.

Di tengah kondisi likuiditas yang melimpah itu, BCA kata Jahja, juga menginvestasikan uang yang menganggur tersebut, terutama CASA, ke instrumen Surat Berharga Negara (SBN).

"Jadi, itu yang menyebabkan kita masih bisa mendapatkan income, meskipun income lebih kecil kalau kita disburse loan," bebernya.

Sepanjang tahun lalu, BCA mencatatkan rata-rata kredit tumbuh 4,7% secara yoy. Akan tetapi, karena adanya pelemahan aktivitas bisnis, maka fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga per akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1% YoY menjadi Rp 575,6 triliun. Dengan demikian, secara konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp588,7 triliun, atau melemah 2,5% YoY.

Dari sisi pembiayaan, kredit korporasi meningkat hingga 7,7% YoY menjadi Rp 255,1 triliun. Sementara itu, kredit komersial dan UKM menurun 7,9% YoY menjadi Rp186,8 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,7% YoY menjadi Rp90,2 triliun, KKB terkontraksi 22,6% YoY menjadi Rp36,9 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit turun 20,6% YoY menjadi Rp11,2 triliun.

Secara total, kredit konsumer terkontraksi 10,8% YoY menjadi Rp141,2 triliun. Penurunan outstanding pada segmen konsumer tersebut disebabkan oleh tingkat pelunasan (repayment) yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan BCA, Vera Eve Lim, menargetkan, di tahun ini pertumbuhan kredit akan tumbuh pada rentang 4-6% sejala dengan membaiknya perekonomian nasional.

"Kita melihat tahun ini, beberapa hal yang dilakukan sangat bagus, economy recovery. Mobility bisa lebih baik," ungkapnya.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anies 'Kunci' Jakarta, Ini Penyesuaian Jam Operasi BCA

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular