
Siap-siap Cicil Bro! Emas Ambrol & Mau Kena Death Cross

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sepekan terakhir harga emas anjlok signifikan. Bahkan harga logam kuning tersebut sempat anjlok ke bawah US$ 1.800/troy ons. Namun pada perdagangan akhir pekan harga emas rebound.
Meski rebound harga emas tetap terkoreksi 1,87% dalam sepekan. Kini harga bullion sangat dekat dengan level US$ 1.800/troy ons. Di arena pasar spot emas dipatok di US$ 1.811/troy ons.
Ada dua faktor utama yang membuat harga emas melorot tajam. Pertama adalah faktor teknikal. Apabila dilihat menggunakan kacamata indikator teknikal rata-rata harga emas dalam 50 hari terakhir sudah semakin mendekati rata-rata harga emas 200 harian.
Hal tersebut menunjukkan bahwa emas semakin dekat dengan pola death cross. Pola ini terjadi jika rata-rata harga emas jangka pendek tembus ke bawah rata-rata jangka panjangnya.
Death cross akan cenderung memicu terjadinya aksi jual yang masif di pasar. Sebelumnya di bulan November pola death cross terkonfirmasi. Rata-rata harga emas 50 harian tembus ke bawah rata-rata harga emas 100 harian. Akibatnya harga emas langsung terjun bebas.
Tak kira-kira harga emas yang sebelumnya masih di US$ 1.900/troy ons langsung terpangkas US$ 100/troy ons ke US$ 1.800/troy ons. Sekarang pola death cross itu kembali menghantui lagi.
Penguatan indeks dolar yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang lain juga menjadi pemicu terkoreksinya harga emas. Indeks dolar menguat 0,46% minggu ini.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang juga naik tajam turut menekan pergerakan aset tak berimbal hasil seperti emas. Untuk tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar, imbal hasil obligasinya naik dari 1% menjadi 1,17% dalam minggu ini.
Kombinasi kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan greenback memicu penurunan harga emas. Namun sebenarnya fundamental emas masih kuat. Hal ini ditopang oleh berbagai indikator makroekonomi.
Suku bunga akan tetap di tahan di level yang rendah untuk sementara waktu hingga beberapa tahun ke depan. Kebijakan money printing atau QE masih akan ditempuh oleh bank sentral terutama The Fed (otoritas moneter AS).
Dari sisi fiskal, pemerintahan Joe Biden masih terus berupaya untuk meng-goal-kan stimulus senilai US$ 1,9 triliun. Injeksi likuiditas ke perekonomian yang masif akan semakin mendevaluasi dolar AS.
Tren pelemahan dolar diperkirakan berlanjut di tahun ini. Ketika dolar AS melemah dan pasokan uang beredar tinggi, maka ada ancaman inflasi yang tinggi di depan mata. Untuk berlindung dari inflasi, investor kemungkinan besar akan menyisihkan sebagian dananya untuk membeli emas sebagai aset untuk diversifikasi dan hedging.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wadidaw! Dolar AS Beringas, Harga Emas pun Terhempas