Dolar AS Ngamuk Lagi, Rupiah Disandera dan Tak Bisa Gerak

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 February 2021 09:50
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar AS sedang kesetanan akhir-akhir ini. Beberapa mata uang negara Asia menjadi tumbal atas keganasan greenback. Beberapa lainnya cenderung menguat dan bahkan ada yang stagnan seperti rupiah.

Di akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di Rp 14.020/US$. Pada perdagangan kemarin (5/2/2021) rupiah kembali ditutup di level tersebut. Rupiah hanya mondar-mandir di level Rp 14.010 - Rp 14.020 per US$ 1 di pekan ini. 

Data ekonomi AS yang baik turut mendongkrak greenback. Klaim tunjangan pengangguran menurun sementara pemesanan pabrik mengalami kenaikan. Baik angka Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur maupun jasa AS sudah berada dalam kondisi ekspansif. 

Adanya harapan bahawa ekonomi AS bakal pulih dengan cepat membuat dolar AS ikut menguat. Melihat dolar AS yang begitu beringas, rupiah pun harus tersandera. Gerak rupiah tidak leluasa di minggu ini. 

Namun nasib rupiah masih lebih baik dari beberapa mata uang Benua Asia seperti yuan (China), yen (Jepang), dolar Singapura, baht (Thailand) hingga ringgit (Malaysia) semua kompak melemah di hadapan dolar AS.

Rupiah ditopang oleh outlook yang positif di awal tahun 2021 sehingga cenderung semakin mepet ke bawah Rp 14.000/US$. Salah satu faktor yang membuat nilai tukar rupiah cenderung menguat adalah inflasi yang rendah.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi di bulan Januari 2021 tercatat mencapai 1,55% (yoy). Sementara di tahun 2020 inflasi hanya mencapai 1,68% (yoy). Ini berarti inflasi riil berada di bawah sasaran target Bank Indonesia di 3% plus minus 1%.

Inflasi inti yang sering menjadi indikator daya beli masyarakat juga terus melambat. Terakhir di bulan Januari pos ini mencatatkan inflasi sebesar 1,56%. Selain adanya inflasi yang rendah rupiah juga ditopang dengan adanya inflow ke pasar keuangan dalam negeri. 

Kendati dalam seminggu terakhir investor asing mencatatkan aksi jual bersih senilai lebih dari Rp 400 miliar, tetapi  dalam satu bulan terakhir asing tampak melakukan aksi beli bersih senilai Rp 4,52 triliun.

Adanya aliran modal asing juga membanjiri pasar obligasi yang diterbitkan pemerintah. Per 27 Januari 2021, kepemilikan asing tercatat sebesar Rp 985 triliun atau setara dengan 24,9% dari total kepemilikan SBN. 

Angka tersebut meningkat dibanding akhir Desember 2020 yang sebesar Rp 974 triliun (25,2% kepemilikan SBN). Aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi sepanjang Januari 2021 mencapai inflow sebesar IDR11,1 triliun.

Di hari terakhir perdagangan pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka keramat yang ditunggu-tunggu banyak pihak. Dalam konferensi persnya, BPS menyebut ekonomi Indonesia menyusut 2,07% di sepanjang tahun 2020.

Untuk pertama kalinya Indonesia jatuh ke jurang resesi setelah Krisis Moneter tahun 1998. Namun angka kontraksi tersebut sudah diantisipasi oleh pasar sehingga tidak terlalu menimbulkan gejolak di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurang Gairah, Rupiah Loyo Hampir Sepekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular