
Bukan PDB Terburuk Sejak Krismon, Ini Penyebab Rupiah KO

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (5/2/2021). Rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya tidak terlalu buruk, tetapi dolar AS yang sedang perkasa membuat rupiah kembali menjauhi level Rp 14.000/US$.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di level Rp 14.010/US$. Setelahnya rupiah langsung masuk ke zona merah, melemah hingga 0,21% ke Rp 14.040/US$.
Posisi rupiah sedikit membaik, berada di level Rp 14.030/US$ pada pukul 12:00 WIB.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020. Seperti ekspektasi, ekonomi Tanah Air tumbuh negatif alias terkontraksi.
Kepala BPS Suhariyanto melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun lalu tumbuh -2,07%. Jauh memburuk ketimbang 2019 yang tumbuh 5,02%.
Rilis tersebut sedikit lebih baik dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 di -2,1%.
Kali terakhir Indonesia mengalami kontraksi ekonomi adalah pada 1998. Kala itu, Indonesia bergumul dengan krisis multi-dimensi yang sampai menyebabkan rezim Orde Baru terguling setelah berkuasa lebih dari tiga dekade.
Sementara itu pada PDB kuartal IV-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 2,19% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Dengan demikian, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi dalam 3 kuartal beruntun, artinya belum mampu lepas dari resesi.
Meski demikian, rilis data PDB tersebut tidak membuat gejolak pada pergerakan rupiah. Sebab, pelaku pasar sudah mengantisipasi dan maklum akan kontraksi yang dialami Indonesia. Tidak hanya Indonesia, nyaris semua negara di dunia ini mengalami kontraksi ekonomi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Yang paling penting bagi pelaku pasar adalah respon pemerintah untuk membangkitkan perekonomian, serta bagaimana pemulihan ekonomi berjalan, cepat atau lambat.
Meski demikian, rupiah juga belum mampu menguat melawan dolar AS yang perkasa. Penguatan dolar AS belakangan ini dipicu oleh bagusnya data tenaga kerja Negeri Paman Sam yang membuat pelaku pasar melakukan aksi short covering (menutup posisi jual dolar AS), sehingga the greenback terus menguat.
Indeks dolar AS kemarin melesat 0,4% ke 91,529 yang merupakan level tertinggi sejak awal Desember. Dan hingga siang ini masih stagnan.
Rupiah terlihat sulit untuk bangkit pada hari ini, yang terindikasi dari pergerakannnya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang siang ini lebih lemah ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Pukul 8:54 WIB | Kurs Pukul 11:54 |
1 Pekan | Rp14.045,50 | Rp14.055,8 |
1 Bulan | Rp14.086,00 | Rp14.096,5 |
2 Bulan | Rp14.123,50 | Rp14.140,1 |
3 Bulan | Rp14.174,50 | Rp14.189,3 |
6 Bulan | Rp14.318,50 | Rp14.340,0 |
9 Bulan | Rp14.461,00 | Rp14.473,8 |
1 Tahun | Rp14.596,00 | Rp14.635,8 |
2 Tahun | Rp15.314,00 | Rp15.340,0 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Tetap Tegas, Rupiah Tetap Liar!
