Kurs Dolar Australia Bangkit dari Level Terendah 6 Pekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 February 2021 14:47
Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (4/2/2021) menjauhi level terendah dalam 6 Pekan terakhir.
Pada pukul 13:27 WIB, AU$ setara Rp 10.679,82, dolar Australia menguat 0,15% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pada Selasa lalu, dolar Australia sempat menyentuh level Rp 10.601,92/AU$ yang merupakan level terendah sejak 21 Desember tahun lalu. Sejak saat itu, dolar Australia perlahan mulai bangkit, termasuk pada hari ini.

Maklum saja, sejak mulai masuk tren menurun pada pertengahan Januari lalu hingga ke level terendah 6 pekan, dolar Australia sudah melemah 2,8%. Penurunan tersebut tentunya memicu aksi ambil untung di rupiah yang membuat dolar Australia bangkit.

Pada Selasa lalu, dolar Australia merosot setelah bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengumumkan kebijakan moneter.

RBA dalam pengumuman hasil rapat kebijakan moneter tersebut mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan di rekor terendah 0,1%, dan akan menambah nilai QE sebesar AU$ 100 miliar.

Artinya jumlah uang yang beredar di perekonomian Australia akan bertambah, yang membuat penguatan dolar Australia teredam pada hari ini.

Selain itu, RBA baru akan menaikkan suku bunga paling cepat di tahun 2024.

"Dewan Gubernur tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi stabil di rentang 2% hingga 3%. Saat itu terjadi, pertumbuhan gaji akan menjadi lebih tinggi dibandingkan saat ini," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, sebagaimana dilansir Financial Review, Selasa (2/2/2021).

"Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan perbaikan yang signifikan tingkat pengangguran dan pasar tenaga kerja menjadi ketat lagi. Dewan Gubernur tidak melihat hal itu akan terjadi setidaknya hingga awal 2024," tambahnya.

Lowe mengatakan saat ini tingkat pengangguran masih tinggi dibandingkan 2 dekade terakhir, meski diprediksi akan terus membaik. Di akhir tahun ini, tingkat pengangguran diprediksi turun menjadi sekitar 6%, dan 5,5% di akhir tahun 2022.

Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang terendah sejak bulan April lalu, meski masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan level sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda di 5,1%.

Selain tingkat pengangguran, sepanjang bulan Desember juga dilaporkan terjadi penambahan jumlah orang yang bekerja sebanyak 50 ribu orang. Artinya, roda bisnis di Australia mulai berputar kembali, dan banyak terjadi perekrutan tenaga kerja.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular