Merger Diresmikan Jokowi, Masihkah Saham BRIS Layak Beli?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
02 February 2021 13:32
Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Senin (1/2). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) resmi beroperasi. Direktur Utama BRIS Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi ketiga bank BRIsyariah, BNI Syariah dan BSM telah dilaksanakan sejak Maret 2020 atau memakan waktu selama 11 bulan.
Foto: Suasana pelayanan kantor cabang Bank Syariah Indonesia. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo kemarin, Senin (1/2/2021) meresmikan penggabungan tiga bank syariah milik Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA). Pada akhir pekan lalu, bank ini mendapatkan izin penggabungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dikukuhkan secara hukum oleh Kementerian Hukum dan HAM untuk nama dan logo barunya.

Dari sisi perdagangan saham, Data BEI mencatat, pada penutupan sesi I, saham BRIS yang tadinya merah, langsung ditutup naik 2,46% di level Rp 2.500/saham. Nilai transaksi perdagangan mencapai Rp 929,79 miliar, dengan volume perdagangan 390,57 juta saham.

"Menarik saham perbankan di BRI Syariah, dari story fundamentalnya orang berharap bahwa dengan penggabungan BNI Syariah, Mandiri Syariah meningkatkan equity BRIS sendiri. Selama belum ada kesepatan harga yang akan mereka buat dalam waktu dekat Februari 21 ini, itu market sangat optimis, sehingga sahamnya naik berkali2 lipat," kata Deputy Head of Research MNC Sekuritas Victoria Venny dalam Investime, CNBC Indonesia dikutip Selasa (2/2/21).

Kapitalisasi pasar BRIS mencapai Rp 103 triliun atau masuk saham big cap. Dalam sepekan terakhir akumulatif, saham BRIS terkoreksi 22,84%, sementara itu dalam 3 bulan terakhir masih memberikan cuan 79%

"Saya melihat sampai nanti akhirnya kesepakatan harga merger rilis memang masih akan koreksi, akan ada karena exclude value ke depan di BRIS sendiri kami hitung ada di level 750 aja. Sekarabng harga sudah naik berkali-kali lipat. Jadi hal yang ditunggu investor keputusan harganya saat nanti dimerger," jelas Venny.

Sebelum resmi digabungkan, BRIS telah melaporkan kinerja keuangannya untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2020 dengan hasil yang sangat memuaskan.

Bank ini sepanjang tahun lalu mencatatkan laba bersih senilai Rp 248 miliar pada akhir 2020 lalu. Capaian laba bersih ini naik 235,14% dari posisi 2019.

Hingga triwulan IV 2020 BRISyariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 40 triliun, tumbuh mencapai 46,24% year-on-year (yoy). Pertumbuhan pembiayaan ditopang segmen ritel yakni SME, mikro dan konsumer.

Pertumbuhan pembiayaan paling tinggi disumbang oleh pembiayaan mikro mencapai Rp 10,7 triliun, tumbuh 163% yoy.

Total KUR yang disalurkan BRIsyariah pada tahun 2020 mencapai Rp 4,5 triliun. Sebesar 40% penyaluran KUR disalurkan ke sektor ekonomi produksi. Sementara sekitar 37,7% difokuskan ke sektor ekonomi perdagangan dan sekitar 22% di sektor jasa.

Selain mikro, perusahaan menyalurkan Rp 7,4 triliun pembiayaan untuk segmen kecil dan menengah, tumbuh sebesar 65% yoy.

Di masa pandemi, perusahaan memprioritaskan pembiayaan pada sektor yang lebih minim risiko, seperti pertanian, peternakan dan alat kesehatan.

Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) tercatat 1,7% di akhir tahun lalu, turun dibanding dengan akhir tahun sebelumnya.

Saat ini ketiga bank pelat merah ini setidaknya memiliki jumlah karyawan sebanyak 20.000 ribu lebih yang tersebar di 1.200 cabang di seluruh Indonesia.

Dengan aset-aset yang dimiliki oleh bank-bank yang digabungkan ini, maka BSI nantinya akan memiliki 1.200 cabang di seluruh Indonesia. Selain kantor cabang, nasabah juga kan difasilitasi dengan 1.700 ATM di seluruh Indonesia.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BRIS Galau Tingkat Tinggi, Investor Belum Pede Nih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular