Analisis

Waspada! Minat Investor Terhadap Rupiah Terus Menurun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 January 2021 18:10
Dollar-Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.020) pada perdagangan Jumat (29/1/2021). Meski demikian, jika dilihat sepanjang pekan ini, rupiah stagnan dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

Bahkan jika melihat sedikit lebih ke belakang, rupiah hanya menunjukkan kinerja impresif hanya di pekan pertama Januari, sisanya kesulitan untuk menguat.

Sulitnya rupiah menguat sejalan dengan menurunnya minat investor terhadap rupiah. Hal tersebut tercermin yang dilakukan Reuters yang menunjukkan para pelaku pasar masih mengambil posisi beli (long) rupiah tetapi porsinya terus menurun.

Survei yang dilakukan secara 2 mingguan tersebut melihat posisi yang diambil pelaku pasar terhadap 9 mata uang utama Asia melawan dolar AS.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Hasil survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (28/1/2021), menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long terhadap rupiah, meski nilainya terus menurun dari survei-survei sebelumnya.

Nilai posisi long untuk rupiah saat ini -0,41%, turun dari hasil survei sebelumnya -0,57%. Bahkan posisi long rupiah sudah menurun dalam 4 survei beruntun.

Berkaca dari survei sepanjang tahun lalu, yang konsisten dengan pergerakan rupiah, maka risiko pelemahan kini semakin meningkat.

Pada awal tahun 2020, rupiah juga menunjukkan kinerja impresif melawan dolar AS, namun di akhir Januari mulai meredup hingga akhirnya terpuruk.

Kala itu, di awal tahun investor dalam survei Reuters mengambil posisi long, yang perlahan terpangkas hingga akhirnya berbalik menjadi short, dan rupiah akhirnya KO.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kasus Covid-19 Terus Menanjak Jadi Biang Keladi

Terus terpangkasnya posisi long rupiah terjadi akibat kasus positif virus corona (Covid-19) yang terus menanjak di Indonesia hingga menembus 1 juta kasus. Padahal pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 11 Januari lalu. Awalnya berlangsung selama 2 pekan, kemudian di perpanjang hingga 8 Februari nanti.

Pada pekan kedua pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif corona bertambah 81.333 orang. Rata-rata pasien positif bertambah 11.619 orang per hari.

Jumlah ini malah naik dibandingkan pekan pertama, di mana jumlah pasien positif bertambah 79.903 orang. Rerata pasien positif bertambah 11.415 orang setiap harinya.

Sementara sepanjang pekan ini, jumlah pasien positif bertambah sebanyak 52.539 orang, dengan rata-rata 13.134 orang, lebih tinggi lagi dari pekan lalu.

Selama dua pekan pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif bertambah 161.236 orang (rata-rata 11.517 orang per hari). Naik tajam dibandingkan dua minggu sebelumnya yaitu 114.661 orang (rerata 8.190 orang per hari).

Terus menanjaknya kasus Covid-19 membuat para investor khawatir pemulihan ekonomi Indonesia akan terganggu. Apalagi Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook, IMF memprediksi produk domestik bruto (PDB) global tahun 2021 tumbuh 5,5%, naik 0,3 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi IMF pada Oktober tahun lalu. Baik negara berkembang maupun negara maju keduanya diramal bakal memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Namun, IMF justru merevisi turun prospek pertumbuhan PDB Indonesia menjadi 4,8% untuk 2021. Lebih rendah 1,3 poin persentase dibanding perkiraan pada Oktober tahun lalu.

Sebelum IMF, Bank Dunia sebelumnya juga menurunkan proyeksi PDB Indonesia. Bank Dunia kini memperkirakan PDB RI untuk tahun 2021 bakal tumbuh 4,4%. Angka tersebut direvisi turun sebesar 0,2 poin persentase dari ramalan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular