
Digentayangi 3 Gagak Hitam, Ada Risiko IHSG Jeblok ke 5.600

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merosot 2,12% ke 5.979,387 pada perdagangan Kamis (28/1/2021). Dengan demikian, IHSG sudah ambrol dalam 6 hari beruntun, dengan total 7%.
Namun, data perdagangan mencatat investor asing masih melakukan aksi beli bersih Rp 26,02 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 16,24 triliun. Sejak awal pekan investor asing terus net buy meski IHSG ambrol.
Tanda-tanda ambrolnya IHSG sudah terlihat sejak awal, sebab bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ambrol lebih dari 2% pada perdagangan Rabu.
Pada perdagangan Kamis kemarin, Wall Street berbalik menguat nyaris 1%, tetapi tidak serta merta bisa mendongkrak kinerja IHSG hari ini, Jumat (29/1/2021). Sebab, indeks saham berjangka AS kembali melemah pagi ini, indeks S&P 500 futures misalnya turun 0,25%.
Hal tersebut mengindikasikan sentimen pelaku pasar masih belum cukup bagus.
Secara teknikal, IHSG kini berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50). Terus merosotnya IHSG terjadi setelah membentuk pola 3 gagak hitam (three black crow). Pola tersebut merupakan sinyal pembalikan arah, dari sebelumnya dalam tren menanjak berubah menjadi turun, atau "malapetaka" bagi IHSG.
Pola three black crow terdiri dari 3 candle stick yang menurun, dengan posisi penutupan candle terakhir selalu lebih rendah dari candle sebelumnya.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG yang kini berada di bawah MA 50 memberikan tekanan tambahan bagi IHSG. Selama tertahan di bawahnya (kisaran level 6.000) IHSG berisiko terus merosot, bahkan tidak menutup kemungkinan ke kisaran 5.600 dalam beberapa pekan ke depan.
Level 5.600 berada di dekat dengan MA 100 serta Fibonnanci Retracement 61,8% yang bisa menjadi support kuat. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun 2020 di 3.911 pada grafik harian.
Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian sudah mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu pada grafik 1 jam, stochastic berada di wilayah jenuh jual, yang memberikan potensi rebound.
Seperti disebutkan sebelumnya, selama tertahan di bawah MA 50 kisaran 6.000, IHSG berisiko tertekan dengan support terdekat berada di kisaran 5.930. Jika support tersebut ditembus IHSG berisiko turun menuju level psikologis ke 5.900 hingga 5.880.
Sementara jika kembali ke atas 6.000, IHSG berpeluang bangkit ke 6.050, sebelum menuju 6.090.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Grand Launching, Saham Allo Bank Naik Nyaris 5%