Tak Ada Sentimen Mendukung, Rupiah Tembus Rp 14.100/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 January 2021 12:23
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (28/1/2021). Dolar AS yang menguat pasca pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) serta memburuknya sentimen pelaku pasar global membuat rupiah tertekan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% ke Rp 14.040/US$. Sempat menguat 0,11%, rupiah berbalik jeblok 0,57% ke Rp 14.115/US$.
Posisi rupiah membaik, berada di level Rp 14.075/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Indeks dolar AS kemarin melesat 0,53% dan berlanjut naik 0,1% ke 90,736 siang ini. The Fed dalam pengumuman kebijakan moneter dini hari tadi mempertahankan suku bunga < 0,25% dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan.

Meski demikian, The Fed dianggap menunjukkan sikap netral yang membuat dolar AS menguat.

"The Fed konsisten dalam beberapa bulan terakhir melihat risiko masih turun, tapi kami bisa melihat sikap lebih netral diambil saat ini. Itu artinya ada perubahan yang sedikit hawkish di para komite pembuat kebijakan moneter," kata John Velis, ahli strategi makro di BNY Mellon, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (28/1/2021).

Sementara itu sentimen pelaku pasar sedang memburuk yang tercermin dari merosotnya bursa saham global sejak Rabu kemarin, mulai dari bursa saham Eropa yang merosot lebih dari 1%. Bursa saham Amerika Serikat (AS) menyusul dengan ambrol lebih dari 2%.

Bursa saham Asia menyusul jeblok lebih dari 1% bahkan ada yang lebih dari 2%.

Selain itu, rupiah juga tertekan setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kemarin menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, tetapi produk domestik bruto (PDB) Indonesia justru dipangkas.

Dalam laporan terbarunya yang bertajuk World Economic Outlook, IMF memprediksi PDB global tahun 2021 tumbuh 5,5%, naik 0,3 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi IMF pada Oktober tahun lalu. Baik negara berkembang maupun negara maju keduanya diramal bakal memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Namun, IMF justru merevisi turun prospek pertumbuhan PDB Indonesia menjadi 4,8% untuk 2021. Lebih rendah 1,3 poin persentase dibanding perkiraan pada Oktober tahun lalu.

Sebelum IMF, Bank Dunia sebelumnya juga menurunkan proyeksi PBD Indonesia. Bank Dunia kini memperkirakan PDB RI untuk tahun 2021 bakal tumbuh 4,4%. Angka tersebut direvisi turun sebesar 0,2 poin persentase dari ramalan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular