
Dear Investor, Sesi II Kalo IHSG Sentuh 5.900-an Jangan Kaget

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama Kamis (28/1/21) ditutup anjlok parah 1,40% ke level 6.023,72.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksijualbersih sebanyak Rp 160 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp10,28 triliun.
Ambruknya Wall Street menjadi pemicu koreksi IHSG, terpantau indeks acuan Paman Sam terkoreksi lebih dari 2% pada penutupan perdagangan dini hari tadi.
Koreksi Wall Street di zona merah dengan koreksi yang cukup parah tentu saja bisa menjadi sentimen negatif tersendiri bagi Bursa Asia. Depresiasi bursa Paman Sam bisa menyebrang benua dan menjadi penyebar ketakutan di pasar dimana bisa saja menyebabkan indeks acuan kalah sebelum bertanding.
Di AS sendiri, sesuai dengan ekspektasi pasar dimana The Fed ternyata tidak akan meningkatkan suku bunga dan tetap akan melakukan pembelian obligasi dalam jumlah besar untuk menginjeksi likuiditas ke pasar sehingga ketakutan pasar akan adanya taper tantrum tidak berdasar karena posisi yang dilakukan The Fed masih posisi kebijakan moneter longgar.
Komite pasar terbuka The Fed menjaga suku bunga tetap berada di level 0% hingga 0,25% dan menjaga pembelian obligasi berada di posisi US$ 120 miliar per bulan.
Bank Sentral AS tersebut memberi signa; bahwa jalur ekonomi AS akan bergantung terhadap kasus corona, salah satunya bagaimana progres dari vaksinasi, di mana The Fed mengatakan krisis kesehatan publik ini menganggu aktivitas ekonomi,
Gubernur The Fed sendiri mengatakan bahwa Bank Sentral AS ini akan mengambil langkah Wait and See terhadap potensi terjadinya inflasi setelah pandemi corona meskipun menurutnya hal ini masih akan lama.
"Ekonomi masih akan berada jauh di bawah target tingkat pengangguran dan inflasi dan masih akan lama sampai progress yang substansial akan tercapai" ujar Jay Powell.
Powell juga mengatakan saham-saham yang melesat dalam beberapa periode terakhir bukan diakibatkan oleh kebijakan moneter yang dilakukan akan tetapi lebih terhadap kebijakan fiskal dan ekspektasi terhadap vaksin.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal IHSG |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.103. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.978.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 27, yang meskipun menunjukkan adanya indikator jenuh jual, apabila tekanan jual sedang kuat RSI bisa bertahan di level jenuh jual dalam waktu yang lama.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan indikator MACD di wilayah negatif, yang menunjukkan IHSG berpotensi melanjutkan koreksi karena tekanan jual masih tinggi.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator MACD yang berada di zona negatif.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500