
IHSG Drop Tertular Wall Street, tapi Asing Masih Masuk

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan Kamis (26/1/21) dibuka anjlok parah 0,71% ke level 6.065,78. Meski terkoreksi, asing tetap masuk ke pasar saham domestik.
Setelah sempat ambruk 1,43% ke level 6.032,62. IHSG mencoba memangkas koreksi, pada menit ke 21 IHSG hanya terkoreksi 0,31% saja ke levle 6.089,41.
Meski merah, IHSG sempat mencoba naik ke zona hijau 2 kali meski akhirnya gagal dan terpaksa melanjutkan koreksinya.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 52 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 0,88 triliun.
Tercatat asing melakukan jual bersih di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 27 miliar dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) senilai Rp 6 miliar.
Asing juga melakukan beli bersih (net buy) di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 25 miliar dan PT Astra Internasional Tbk (ASII) Rp 19 miliar.
Ambruknya Wall Street menjadi pemicu koreksi IHSG, terpantau indeks acuan Paman Sam terkoreksi lebih dari 2% pada penutupan perdagangan dini hari tadi.
Koreksi Wall Street di zona merah dengan koreksi yang cukup parah tentu saja bisa menjadi sentimen negatif tersendiri bagi Bursa Asia. Depresiasi bursa Paman Sam bisa menyebrang benua dan menjadi penyebar ketakutan di pasar dimana bisa saja menyebabkan indeks acuan kalah sebelum bertanding.
Di AS sendiri, sesuai dengan ekspektasi pasar dimana The Fed ternyata tidak akan meningkatkan suku bunga dan tetap akan melakukan pembelian obligasi dalam jumlah besar untuk menginjeksi likuiditas ke pasar sehingga ketakutan pasar akan adanya taper tantrum tidak berdasar karena posisi yang dilakukan The Fed masih posisi kebijakan moneter longgar.
Komite pasar terbuka The Fed menjaga suku bunga tetap berada di level 0% hingga 0,25% dan menjaga pembelian obligasi berada di posisi US$ 120 miliar per bulan.
Bank Sentral AS tersebut memberi signa; bahwa jalur ekonomi AS akan bergantung terhadap kasus corona, salah satunya bagaimana progres dari vaksinasi, di mana The Fed mengatakan krisis kesehatan publik ini menganggu aktivitas ekonomi,
Gubernur The Fed sendiri mengatakan bahwa Bank Sentral AS ini akan mengambil langkah Wait and See terhadap potensi terjadinya inflasi setelah pandemi corona meskipun menurutnya hal ini masih akan lama.
"Ekonomi masih akan berada jauh di bawah target tingkat pengangguran dan inflasi dan masih akan lama sampai progress yang substansial akan tercapai" ujar Jay Powell.
Powell juga mengatakan saham-saham yang melesat dalam beberapa periode terakhir bukan diakibatkan oleh kebijakan moneter yang dilakukan akan tetapi lebih terhadap kebijakan fiskal dan ekspektasi terhadap vaksin.
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500