Hari Ke-6 Koreksi Beruntun, Sementara IHSG Ambruk Parah 1,4%

Putra, CNBC Indonesia
28 January 2021 12:24
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama Kamis (28/1/21) ditutupanjlok parah 1,40% ke level6.023,72.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksijualbersih sebanyak Rp160miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp10,28triliun.

Tercatat asing melakukan jual bersih di saham PT Telkom IndonesiaTbk (TLKM) sebesar Rp 65miliar dan PT Bank MandiriTbk (BMRI) senilai Rp 32miliar.

Asing juga melakukan beli bersih (net buy) di saham PTBank Central AsiaTbk(BBCA) Rp 53miliar dan PTAstra InternasionalTbk(ASII) Rp36miliar.

Ambruknya Wall Street menjadi pemicu koreksi IHSG, terpantau indeks acuan Paman Sam terkoreksi lebih dari 2% pada penutupan perdagangan dini hari tadi.

Koreksi Wall Street di zona merah dengan koreksi yang cukup parah tentu saja bisa menjadi sentimen negatif tersendiri bagi Bursa Asia. Depresiasi bursa Paman Sam bisa menyebrang benua dan menjadi penyebar ketakutan di pasar dimana bisa saja menyebabkan indeks acuan kalah sebelum bertanding.

Di AS sendiri, sesuai dengan ekspektasi pasar dimana The Fed ternyata tidak akan meningkatkan suku bunga dan tetap akan melakukan pembelian obligasi dalam jumlah besar untuk menginjeksi likuiditas ke pasar sehingga ketakutan pasar akan adanya taper tantrum tidak berdasar karena posisi yang dilakukan The Fed masih posisi kebijakan moneter longgar.

Komite pasar terbuka The Fed menjaga suku bunga tetap berada di level 0% hingga 0,25% dan menjaga pembelian obligasi berada di posisi US$ 120 miliar per bulan.

Bank Sentral AS tersebut memberi signal bahwa jalur ekonomi AS akan bergantung terhadap kasus corona, salah satunya bagaimana progres dari vaksinasi, di mana The Fed mengatakan krisis kesehatan publik ini menganggu aktivitas ekonomi,

Gubernur The Fed sendiri mengatakan bahwa Bank Sentral AS ini akan mengambil langkah Wait and See terhadap potensi terjadinya inflasi setelah pandemi corona meskipun menurutnya hal ini masih akan lama.

"Ekonomi masih akan berada jauh di bawah target tingkat pengangguran dan inflasi dan masih akan lama sampai progress yang substansial akan tercapai" ujar Jay Powell.

Powell juga mengatakan saham-saham yang melesat dalam beberapa periode terakhir bukan diakibatkan oleh kebijakan moneter yang dilakukan akan tetapi lebih terhadap kebijakan fiskal dan ekspektasi terhadap vaksin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular