Jakarta, CNBC Indonesia - Maraknya influencer saham dalam beberapa waktu terakhir membuat otoritas bursa, Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut bersuara guna menjaga pasar tetap kondusif, wajar, dan transparan, kendati keberadaan para influencer tak bisa dipungkiri mengerek jumlah investor saham.
Komisaris BEI Pandu Patria Sjahrir mengatakan jumlah investor yang tercatat saat ini memang melonjak drastis selama pandemi Covid-19. Dia mengatakan, dalam 10 bulan jumlah investor saham dari 1,3 juta, melonjak jadi 4 juta orang.
Penambahan itu tak lepas dari fenomena influencer di media sosial yang melakukan promosi atas sebuah saham tertentu, atau pompom saham. Pandu mengatakan, fenomena baru itu tak akan bisa dibendung seiring berjalannya waktu.
"Ini fenomena baru. Di luar insider trading [perdagangan orang dalam] saya rasa nggak bisa dibendung. Semua influencer akan bicara saham, akan ada yang beli saham dulu, setelah itu membicarakan sahamnya. Akan ada juga yang disponsori," kata Pandu dalam bincang d'Rooftalk edisi Waspada Investasi Saham Pompom, dilansir Detikfinance, dikutip Kamis (28/1/2021).
Hanya saja, Direktur PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), atau dulu bernama PT Toba Bara Sejahtra Tbk, ini mengingatkan para influencer yang mempunyai banyak pengikut atau follower harus memiliki kewajiban moral.
"Saya bicara hanya satu, at the end of the day, itu obligasi moral Anda [terkait saham]. Kalau Anda adalah high quality influencer, Anda akan asosiasi diri Anda dengan perusahaan yang high quality. Kalau Anda receh, ya asosiasinya juga receh, orang akan mengikuti," ujar Pandu.
NEXT: Jangan Lupa Kewajiban Moral
Lebih lanjut, dia mengatakan influencer yang mempromosikan suatu saham yang tak berkualitas, tentunya akan banyak follower-nya yang ikut membeli.
Hanya saja, jika follower-nya itu rugi, ia jamin influencer itu akan diserbu amarah dari para follower-nya itu.
"Kalau nanti sahamnya turun, dan orangnya rugi, yang akan disumpahin bukan perusahaannya, tapi influencer-nya yang akan disumpahin duluan. Jadi saya bicara blak-blakan, kita kan sedang memikirkan itu. Tapi saya cuma bisa bilang you are morally obligated kepada follower-follower Anda," tegasnya.
Ia mengatakan, semakin banyak jumlah follower yang dimiliki, maka semakin besar dampaknya. Sebab itu, dia meminta agar para influencer di media sosial tak menyebarkan suatu informasi tanpa memikirkan tanggung jawab moralnya.
"Wong 1 orang influencer saja bisa punya lebih besar follower daripada (populasi) Malaysia, 60 juta, 30 juta, 12 juta. Digabung-gabung [populasi] ASEAN tuh semua influencer. Kalau sudah bicara saham, orang pasti percaya saja. Guys, at the end it's your moral obligation, kalau ini semua jatuh, yang receh juga kalian."
Pandu menegaskan, peringatan itu tak berarti menakut-nakuti para investor baru. Ia mengatakan, bertambahnya jumlah investor juga punya sisi positif.
Indonesia memang tengah mengejar jumlah investor agar bertambah. Pasalnya, dari total populasi di Indonesia, hanya segelintir yang sudah terdaftar sebagai investor di BEI.
"Jangan lupa, 4 juta itu sebenarnya masih sangat kecil dibandingkan negara lain. Kita memang ingin banyak orang berinvestasi di saham. Kita 280 juta orang, dan kita baru 1,5 juta awalnya, belum sampai 2%. Kita ingin paling tidak 10-15% yang bisa masuk BEI, bukan hanya saham, ada pembelian obligasi, reksa dana, macam-macam. Ini soal saham, patut kita perhatikan bersama."
Akhir-akhir tren rekomendasi saham di BEI memang sedang marak-maraknya. Mulai dari ustaz kondang Yusuf Mansur, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, hingga investor dan analis saham Belvin Tannadi.
Terbaru bahkan para artis dan influencer ikut-ikutan melakukan tren rekomendasi atau biasa lebih dikenal dengan sebutan 'pompom' saham ini. Raffi Ahmad dan Ari Lasso dalam postingan Instagramnya menyebut emiten PT M Cash Intergrasi Tbk (MCAS).
Merespons munculnya fenomena influencer saham ini, Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo juga mengatakan, otoritas bursa akan mengajak diskusi. Peran mereka, kata Laksono, penting untuk mengenalkan investasi saham ke masyarakat luas.
"Namun juga perlu mengingatkan mereka akan tanggung jawab moral mereka untuk para followers-nya dan kemungkinan potensi tuntutan hukum dari para pengikutnya apabila ada yang bisa dikecewakan," kata Laksono, kepada awak media, Selasa (5/1/2021).
Tidak hanya itu, BEI juga mengajak para pemengaruh itu mengikuti Sekolah Pasar Modal agar mempunyai pemahaman yang lebih memadai mengenai investasi di pasar modal.