Seiya Sekata Dengan IHSG, Rupiah Bolak Balik ke Zona Merah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 January 2021 12:29
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (27/1/2021), sebelum berhasil bangkit siang ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.040/US$, setelahnya sempat melemah 0,18% ke Rp 14.065/US$.

Sebelum tengah hari, rupiah berbalik menguat tipis 0,04% ke Rp 14.035/US$ dan bertahan hingga pukul 12:00 WIB.

Rupiah menujukkan tanda-tanda akan menguat pagi tadi, yang tercermin dari kurs non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan hari ini dibandingkan sebelum penutupan kemarin.

PeriodeKurs Selasa (26/1/2021) Pukul 14:54 WIB)Kurs Rabu (27/1/2021) Pukul 8:54 WIB)
1 PekanRp14.125,50Rp14.063,10
1 BulanRp14.177,70Rp14.117,50
2 BulanRp14.222,60Rp14.171,50
3 BulanRp14.267,60Rp14.219,50
6 BulanRp14.363,60Rp14.381,50
9 BulanRp14.574,00Rp14.529,00
1 TahunRp14.731,00Rp14.637,90
2 TahunRp15.404,00Rp15.414,00

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Namun, sayangnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jeblok membuat rupiah ikut masuk ke zona merah. IHSG sempat jeblok lebih dari 2% hingga ke bawah level 6.000.

Setelahnya, bursa kebanggaan Tanah Air perlahan bangkit, dan sempat kembali ke zona hijau. Rupiah pun ikut berbalik menguat.

Sementara itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di Kamis dini hari waktu Indonesia menjadi pemicu kuatnya dolar AS.

Pengumuman tersebut sangat dinanti pelaku pasar, sebab saat ini beredar "bisik-bisik" di pasar jika di akhir tahun ini ada kemungkinan The Fed akan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini nilainya sekitar US$ 120 miliar per bulan.

Pengurangan tersebut dikenal dengan istilah tapering. Sebelum saat ini, pada pertengahan tahun 2013 lalu, The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke juga mengeluarkan wacana tapering.

Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", rupiah pun jeblok.

Oleh karena itu, kemungkinan belum akan ada pergerakan besar rupiah hingga penutupan perdagangan nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular