
Inflasi Naik, Kurs Dolar Australia Nyaris Sentuh Rp 10.900

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Rabu (27/1/2021) pagi, pasca rilis data inflasi Negeri Kanguru. Melansir data Refinitiv, pagi ini dolar Australia menguat 0,26% ke Rp 10.899,25/AU$ di pasar spot.
Biro Statistik Australia hari ini melaporkan inflasi di kuartal IV-2020 tumbuh 0,9% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari prediksi analis sebesar 0,7%.
Pertumbuhan inflasi tersebut menjadi indikasi pemulihan ekonomi di Australia dari resesi akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) masih terus berlanjut.
Sebelumnya, pada kuartal II-2020, Australia mengalami deflasi 1,9%, menjadi yang pertama sejak kuartal I-2016, sekaligus yang terdalam sepanjang sejarah.
Sementara itu, inflasi inti dilaporkan tumbuh 0,4% di kuartal IV-2020. Data tersebut menyusul data yang bagus dari Australia yang dirilis bulan ini.
IHS Markit Jumat lalu melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di awal 2021 naik menjadi 57,2 dari bulan Desember lalu sebesar 55,7.
PMI manufkatur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi sementara di atasnya berarti ekspansi.
Detail laporan tersebut menunjukkan tingkat produksi dan penjualan mencatat kenaikan tertinggi dalam 3 tahun terakhir, sementara ekspor masih lemah yang terlihat dari penurunan pesanan baru dari luar negeri dalam 4 bulan beruntun.
Data tersebut menambah banyaknya sinyal perekonomian Australia mulai bangkit kembali.
Sehari sebelumnya, Biro Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 6,6% di bulan Desember 2020, dari bulan sebelumnya 6,8%.
Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang terendah sejak bulan April lalu, meski masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan level sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda di 5,1%.
Selain tingkat pengangguran, sepanjang bulan Desember juga dilaporkan terjadi penambahan jumlah orang yang bekerja sebanyak 50 ribu orang. Artinya, roda bisnis di Australia mulai berputar kembali, dan banyak terjadi perekrutan tenaga kerja.
Membaiknya perekonomian Australia memang menjadi pemicu utama penguatan dolar Australia. Gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA), Philip Lowe, menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir.
"Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters awal Desember lalu.
"Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal," katanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Australia Tak Mampu Tembus Rp 10.700/AU$, Ada Apa?
