
2020, Jualan Emas Freeport Indonesia Drop 13%, Tembaga Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Freeport McMoran (tercatat di Bursa NYSE dengan kode saham FCX) melaporkan penjualan tembaga dan emas dari perusahaan afilisasinya, PT Freeport Indonesia (PTFI), sepanjang 2020. Freeport memegang 48,76% ownership interest di PTFI dan mengelola operasional tambangnya.
Berdasarkan siaran persnya, Rabu ini (27/1), Freeport mengungkapkan penjualan tembaga dari PTFI di tahun 2020 mencapai 804 juta pon, naik 20,54 % dari penjualan tembaga 2019 yang hanya 667 juta pon.
Realisasi produksi tembaga tahun lalu juga tercatat lebih tinggi yakni 809 juta pon dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 607 juta pon, dengan harga rata-rata naik dari US$ 2,72 per pon menjadi US$ 3,08 per pon.
Namun penjualan emas tahun lalu justru turun 13,46% menjadi 842.000 ounces dari tahun sebelumnya 973.000 ounces. Produksi emas juga turun menjadi hanya 848 ribu ounces dari 863.000 ounces di 2019, dengan harga rata-rata US$ 1.832/troy ounce, naik dari sebelumnya US$ 1.416/troy ounces.
Sementara itu, secara total, penjualan tembaga Freeport (global) seluruh wilayah operasi mencapai 3,20 miliar pon, turun dari 2019 yakni sebesar 3,29 miliar pon.
Penjualan emas juga turun menjadi 855.000 ounces dari tahun sebelumnya 991.000 ounces, dengan harga rata-rata juga sama US$ 1.832/troy ounces.
President dan Chief Executive Officer (CEO) Freeport McMoran Richard Adkerson mengatakan perusahaan memang tengah mengupayakan peningkatan produksi (ramp up) dari tambang bawah tanahnya di tahun lalu, yakni Grasberg Block Cave dan Deep Mill Level Zone (DMLZ).
Di akhir kuartal empat tahun lalu, perusahaan telah mencapai hampir 70% dari target penjualan tahunan.
"Pertumbuhan yang akan berlanjut di 2021 diharapkan dapat membuat kami mampu mencapai target tahunan di akhir tahun ini. Di tengah tantangan aspek kesehatan yang dihadapi di Papua, operasi ini cukup menantang," katanya, dalam siaran pers di situs resmi FCX, dikutip Rabu (26/1/2021).
"Selama tahun 2020, tim global kami menanggapi tantangan pandemi dengan cara yang luar biasa, melindungi orang-orang, komunitas, dan aset kami saat kami mengeksekusi dan menyampaikan strategi kami yang jelas," katanya.
Selain itu, Freeport juga menyebutkan akan ada 56 drawbell (merupakan jalur masuknya bijih hasil peledakan) baru yang dibangun di Grasberg Block Cave dan DMLZ. Dengan demikian, terdapat lebih dari 370 drawbell yang dibuka.
Adanya tambahan drawbell menaikkan produksi bijih dari kedua tambang bawah tanah ini menjadi 85.000 metrik ton per hari di kuartal keempat 2020.
Pada tahun ini, penjualan tembaga Freeport Indonesia diproyeksikan melonjak menjadi 1,4 miliar pon tembaga dan emas 1,4 juta ounces.
Dengan adanya keberhasilan penyelesaian ramp up ini diharapkan "memungkinkan PTFI untuk menghasilkan produksi tahunan rata-rata untuk beberapa tahun ke depan, yakni sebesar 1,55 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas dengan biaya tunai bersih per unit yang menarik, memberikan marjin dan arus kas yang signifikan," tulis manajemen Freeport.
Manajemen Freeport juga mengungkapkan perkiraan belanja modal tahunan PT-FI untuk proyek pengembangan tambang bawah tanah diharapkan rata-rata sekitar US$ 0,9 miliar per tahun untuk periode dua tahun 2021 hingga 2022. Jumlah ini net dari kontribusi terjadwal dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau PT Inalum.
"Sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku, biaya agregat (sebelum kontribusi terjadwal dari PT Inalum), yang diharapkan rata-rata US$ 1,1 miliar per tahun untuk periode dua tahun 2021 hingga 2022, akan tercermin sebagai aktivitas investasi dalam laporan arus kas FCX, dan kontribusi dari PT Inalum akan tercermin sebagai aktivitas pembiayaan."
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Inalum Sebut Laba Freeport Ditargetkan Rp 12,3 T di 2021
