Analisis Teknikal

Sudah Ambrol 4,5%, IHSG Hari Ini Bangkit atau Makin Ambruk?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 January 2021 08:32
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,89% ke 6.140,171 pada perdagangan Selasa kemarin (26/1). IHSG kini sudah membukukan penurunan dalam 4 hari beruntun, dengan total 4,5%.

Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 251,62 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 17,6 triliun.

Aksi net buy juga terjadi di awal pekan, juga saat IHSG merosot, yang menunjukkan sentimen investor asing masih cukup bagus terhadap pasar saham Indonesia, dan penurunan terjadi kemungkinan akibat aksi ambil untung (profit taking). 

Sementara itu, pelaku pasar menilai turunnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama beberapa hari terakhir disebabkan banyak saham yang mengalami jual paksa (forced sell), karena terkoreksi berhari-hari.

Pengamat pasar modal dari PT MNC Asset Management, Edwin Sebayang, mengatakan banyaknya margin call dan saham-saham yang berpotensi kena forced sell (jual paksa di fasilitas transaksi margin), yang membuat IHSG mengalami tekanan.

Edwin mengatakan, margin call ini terjadi karena aksi belanja besar-besaran atas sejumlah saham, karena sentimen tertentu dan kemudian saham ini terus mengalami auto reject bawah atau ARB selama beberapa hari terakhir.

"Valuasi itu naik cepat sekali dan turun ARB mungkin ada yang menggunakan margin juga, kalau mau jual nggak ada bid, makanya mereka jual saham yang belum kena marjin dan belum kena force sell. Jadi IHSG turun karena harus jual saham yang belum terjun bebas," kata Edwin.

Pada perdagangan hari ini, Rabu (27/1/2021) IHSG berpeluang bangkit setelah Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 5,5% lebih tinggi 0,3% ketimbang prediksi yang diberikan pada bulan Oktober lalu.

Meski demikian, patut diwaspadai berlanjutnya aksi profit taking, sebab bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) yang menjadi kiblat bursa saham dunia melemah pada perdagangan Selasa waktu setempat.

Secara teknikal, IHSG kemarin nyaris mencapai target penurunan 6.120 kemarin setelah membentuk pola 3 gagak hitam (three black crow). Pola tersebut merupakan sinyal pembalikan arah, dari sebelumnya dalam tren menanjak berubah menjadi turun.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Pola three black crow terdiri dari 3 candle stick yang menurun, dengan posisi penutupan candle terakhir selalu lebih rendah dari candle sebelumnya.

Selain itu, IHSG bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), yang menjadi modal untuk kembali menguat dalam jangka panjang.

Indikator stochastic pada grafik harian sudah turun menuju wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Sementara itu pada grafik 1 jam, stochastic sudah masuk wilayah jenuh jual, sehingga memberikan peluang rebound.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Support terdekat berada di kisaran 6.120 hingga 6.100, jika ditembus dan tertahan di bawahnya, IHSG berisiko turun menuju ke 6.050. Level psikologis 6.000 akan menjadi support kuat selanjutnya.

Sementara resisten terdekat jika kembali ke atas 6.170, jika berhasil dilewati IHSG berpeluang bangkit menuju 6.200.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular