Indeks LQ45

Ini Alasan SCMA & SRIL Terlempar dari LQ45, Didepak TPIA-MEDC

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 January 2021 08:27
Rapat Umum Pemegang Saham emiten media PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidiq)
Foto: Rapat Umum Pemegang Saham emiten media PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidiq)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) telah merilis daftar terbaru emiten yang berada di indeks LQ45 yang berisi 45 saham paling likuid dengan fundamental baik. Daftar terbaru tersebut untuk periode Februari sampai dengan Juli 2021.

Ada dua emiten baru yang masuk ke dalam indeks LQ45, yakni PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Sedangkan saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) keluar dari daftar indeks LQ45 untuk periode tersebut.

Dalam pengumuman yang disampaikan, BEI telah melakukan evaluasi mayor atas indeks LQ45 pada bulan Januari 2021 guna menetapkan daftar saham dan menyesuaikan bobot atas saham-saham yang digunakan untuk penghitungan indeks LQ45.

Data perdagangan mencatat pada perdagangan sesi pertama Selasa kemarin (26/1), saham MEDC sempat melesat 6,56% ke posisi Rp 650/unit dengan nilai transaksi Rp 58,78 miliar. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar MEDC di BEI sebesar Rp 16,34 triliun.

Selain MEDC, saham TPIA juga 'kecipratan' berkah dari masuknya ke indeks LQ45.

Pada perdagangan sesi 1 kemarin, saham TPIA menguat 1,72% ke level Rp 10.375/unit dengan nilai transaksi Rp 42,31 miliar. Adapun kapitalisasi pasar TPIA saat ini mencapai Rp 185,02 triliun. Pada penutupan sesi II, saham TPIA di level Rp 10.350/saham.

Investor asing pun masuk di kedua saham tersebut, di mana pada saham MEDC, asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 7,73 miliar. Sedangkan di saham TPIA, asing melakukan net buy Rp 5,17 miliar.

Secara pergerakan, saham MEDC selama sepekan telah melesat 3,17% dan selama 3 bulan sudah meroket 70,16%. Sementara untuk saham TPIA selama sepekan terakhir penguatannya masih belum pesat yakni 0,73% dan selama 3 bulan terakhir, TPIA sudah melesat 33,01%.

Namun, hal sial terjadi di saham SCMA dan SRIL, setelah kedua saham tersebut didepak dari indeks LQ45. Saham SCMA pada perdagangan sesi I kemarin ambles 6,78% ke Rp 2.200/unit dengan nilai transaksi Rp 33,47 miliar.

Sedangkan saham SRIL juga terkoreksi 1,68% ke Rp 234/unit setelah didepak dari indeks LQ45. Adapun nilai transaksi SRIL mencapai Rp 6,05 miliar.

Walaupun melemah, namun saham SCMA dan SRIL masih diburu oleh asing.

Tercatat pada perdagangan sesi I, asing melakukan net buy sebesar Rp 3,29 miliar dan di saham SRIL, asing juga melakukan net buy sebesar Rp 74,31 miliar.

Anehnya, kondisi keuangan MEDC dan TPIA masih merugi. Hal ini dijelaskan dalam laporan keuangan per kuartal III-2020. MEDC masih mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 130,12 juta atau sekitar Rp 1,79 triliun jika kurs saat itu Rp 13.800.

Sedangkan TPIA juga mencatatkan rugi bersih pada September 2020 sebesar US$ US$ 19,73 juta atau sekitar Rp 272,27 miliar.

Lalu kenapa MEDC dan TPIA bisa masuk LQ45 dan mendepak saham SCMA dan SRIL? Apalagi dari sisi kondisi keuangan MEDC dan TPIA sedang merugi sementara SCMA dan SRIL masih mampu mencetak laba.

Salah satu kriteria dalam menentukan saham yang dapat atau tidaknya masuk ke indeks LQ45 adalah rerata nilai transaksi harian dengan minimal di atas Rp 10 triliun.

Artinya, saham MEDC dan TPIA sudah masuk ke dalam kriteria tersebut, walaupun kondisi keuangan kedua saham tersebut masih merugi.

Pada perdagangan kemarin, nilai transaksi harian MEDC sebesar Rp 126,78 miliar dan nilai transaksi saham TPIA sebesar Rp 88,49.

Namun, nilai transaksi TPIA masih lebih rendah dari nilai transaksi SCMA kemarin sebesar Rp 93,33 miliar. Lalu mengapa TPIA malah masuk sedangkan SCMA keluar dari LQ45.

Kriteria lainnya selain rerata nilai transaksi harian, untuk dapat masuk ke indeks LQ45 adalah dipilih berdasarkan jumlah kapitalisasi pasarnya.

Jadi TPIA bisa masuk kemungkinan karena kapitalisasi pasarnya yang tergolong jumbo, yakni Rp 184,58 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Saham LQ45, Saham MEDC Diborong Investor & Harga Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular