Dolar AS Mulai Unjuk Gigi, Rupiah & Mata Uang Asia Rontok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 January 2021 16:23
infografis, Rupiah Sepekan
Foto: Infografis/ Pergerakan Rupiah Sepekan/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (26/1/2021). Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang Asia juga melemah melawan dolar AS hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.020/US$, setelahnya rupiah merosot hingga 0,43% ke Rp 14.070/US$.

Pelemahan rupiah terpangkas dan di akhir perdagangan berada di level Rp 14.040/US$, melemah 0,21% di pasar spot.

Sementara itu, hingga pukul 15:20 WIB, hanya yuan China dan peso Filipina yang menguat melawan dolar AS, itu pun tipis 0,06% dan 0,01%. Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan kinerja terburuk dengan pelemahan 0,28%, disusul rupiah di urutan kedua.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini menjadi pemicu kuatnya dolar AS. Pengumuman tersebut sangat dinanti pelaku pasar, sebab saat ini beredar "bisik-bisik" di pasar jika di akhir tahun ini ada kemungkinan The Fed akan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini nilainya sekitar US$ 120 miliar per bulan.

Pengurangan tersebut dikenal dengan istilah tapering. Sebelum saat ini, pada pertengahan tahun 2013 lalu, The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke juga mengeluarkan wacana tapering.

Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", rupiah pun jeblok.

Berkaca dari kejadian 2013 tersebut, pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati jelang pengumuman kebijakan moneter The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia yang membuat dolar AS cukup kuat hari ini.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri kurang bagus, sebab kasus Covid-19 di Indonesia masih tetap tinggi meski pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam 2 pekan terakhir, dan masih berlangsung hingga 8 Februari nanti.

Pada pekan kedua pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif corona bertambah 81.333 orang. Rata-rata pasien positif bertambah 11.619 orang per hari.

Jumlah ini malah naik dibandingkan pekan pertama, di mana jumlah pasien positif bertambah 79.903 orang. Rerata pasien positif bertambah 11.415 orang setiap harinya.
Selama dua pekan pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif bertambah 161.236 orang (rata-rata 11.517 orang per hari). Naik tajam dibandingkan dua minggu sebelumnya yaitu 114.661 orang (rerata 8.190 orang per hari).

Kehadiran vaksin anti-virus corona sepertinya belum membuat pelaku pasar yakin. Sebab, masih menjadi pertanyaan apakah pemerintah mampu mencapai target kekebalan kolektif (herd immunity) dengan vaksinasi terhadap sebagian besar Warga Negara Indonesia pada kuartal I-2022.

"Masih harus dilihat apakah pemerintah bisa memenuhi target vaksinasi sesuai jadwal. Belum lagi masih ada pertanyaan seputar efikasi vaksin Sinovac," sebut Antony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Kementerian Kesehatan Indonesia melaporkan pada Senin (25/1/2021) jumlah pasien positif corona mencapai 999.256 orang, bertambah 9.994 orang dari hari sebelumnya. Dari total kasus tersebut, sebanyak 28.132 orang meninggal dunia, dan 809.488 orang sembuh, sehingga kasus aktif saat ini mencapai 161.636 orang.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Balas Dendam, Rupiah Dibikin KO Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular