Analisis Teknikal

Tekanan Masih Kuat, Tak Usah Kaget Sesi II IHSG Ditutup Merah

Putra, CNBC Indonesia
26 January 2021 13:05
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (26/1/21) ditutup anjlok parah 0,90% ke level 6.202,11.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 181 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 9,3triliun.

Joe Biden diekspektasikan akan meneken kebijakan perdagangan 'Beli barang Amerika' yang disinyalir oleh pasar bahwa sang presiden akan tetap garang terhadap China, mirip dengan yang dilakukan oleh Trump.

Menurut Wall Street Journal, kebijakan ini akan menyebabkan para lembaga federal semakin sulit untuk membeli barang-barang impor serta merubah definisi produk lokal Amerika, dimana barang mentah yang diperlukan hingga menjadi produk jadi harus berasal dari produk lokal lebih tinggi presentasenya dari sebelumnya.

Dengan tidak akurnya kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tentu saja perekonomian global akan semakin lamban pulih pasca diserang pandemi. Apalagi pasar tentunya tidak ingin kembali melihat perang dagang berjilid-jilid antar kedua negara. Hal ini tentunya akan mengirim sinyal kurang baik ke bursa saham di seluruh belahan dunia.

Dari rilis data ekonomi, Korea Selatan baru saja mengumumkan pembacaan awal Produk Domestik Bruto kuartal keempatnya dimana Negara Ginseng masih belum akan keluar dari jurang resesi karena GDP secara tahunan (YoY) di masih akan terkontraksi 1%, pembacaan ini lebih baik ketimbang konsensus di angka 1,7%. Kontraksi kuartal keempat ini sendiri melanjutkan kontraksi pada kuartal kedua (-2.7%) dan kuartal ketiga (-1.1%).

Analisis Teknikal

Teknikal IHSGFoto: Tri Putra/CNBC Indonesia
Teknikal IHSG

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah maka pergerakan IHSG selanjutnya berpotensi terkoreksi.

Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.313. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 6.153.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 28 yang menunjukkan adanya indikator jenuh jual namun apabila momentum jual sedang kuat maka RSI di level jenuh jual di waktu yang lama.

Selain itu muncul pola candlestick Black Marubozu di IHSG yang ditunjukkan oleh garis candlestick full body yang menunjukkan daya jual IHSG sangatlah kuat dan berpotensi berlanjutkan koreksinya.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bearish atau terkoreksi. Hal ini juga terkonfirmasi dengan munculnya indikato three black crows di candle harian IHSG dan munculnya candlestick black marubozu.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular