
Saham ASII Diobral Investor, Masih Menarikkah Valuasinya?

Dalam laporan keuangan Astra International per 30 September 2020, laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk mengalami penurunan 11,5% menjadi Rp 14,04 triliun dari periode yang sama 2019 sebesar Rp 15,87 triliun.
Pendapatan bersih perseroan juga turun dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp 177,04 triliun menjadi Rp 130,35 triliun per 30 September 2020.
Turunnya pendapatan bersih perseroan ditekan oleh turunnya penjualan produk yang turun 30% menjadi Rp 84,45 triliun per 30 September. Jasa dan sewa perseroan juga turun 26% menjadi Rp 30,59 triliun pada akhir September tahun lalu.
Namun, dari anak usaha yang bergerak di jasa keuangan perseroan naik 1,6% menjadi Rp 15,32 triliun pada kuartal ketiga tahun 2020.
Adapun beban pokok pendapatan perseroan turun dari sebelumnya sebesar Rp 139,67 triliun menjadi Rp 101,04 triliun per 30 September 2020.
Dari posisi neraca, total liabilitas jangka pendek perseroan per 30 September 2020 turun 14% menjadi Rp 85,82 triliun. Sedangkan total liabilitas jangka panjang perseroan per 30 September 2020 juga turun 7,4% menjadi Rp 60,42 triliun.
Sedangkan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal III-2020 naik 4,4% menjadi Rp 195,03 triliun dari periode Desember tahun 2019 sebesar Rp 186,76 triliun. Adapun total aset perseroan per 30 September 2020 turun 3% menjadi Rp 341,26 triliun.
Secara fundamental, saham ASII yang ditunjukkan oleh valuasi harga dibanding nilai bukunya (price to book value/PBV) masih terbilang murah di angka 1,75 kali, namun lebih mahal sedikit dibandingkan dengan rata-rata saham aneka industri yang di angka 0,86 kali dilansir dari Refinitiv.
PBV adalah rasio harga terhadap nilai buku, biasa digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Misalkan PBV sebesar 44x, artinya harga saham sudah tumbuh sebesar 44 kali lipat dibandingkan kekayaan bersih perusahaan.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi laba bersih dibandingkan dengan harga sahamnya (price to earnings ratio/PER), saham ASII masih cukup terjangkau di angka 17,96 kali, namun lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata saham aneka industri yang di angka 11,86 kali. PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]