
Yang Lain Terbang, Saham LQ45 Ini Diskon Gede Januari, Serok?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan Januari dengan January Effect-nya biasanya menjadi bulan yang cukup baik bagi pasar modal, tidak terlepas pada Januari tahun ini.
Tercatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang seringkali menjadi indeks acuan melesat kencang 4,67%.
Bahkan indeks lain yang lebih elite yakni LQ45 yakni indeks dengan konstituen 45 saham dengan perdagangan likuid dan prospek usaha cemerlang berhasil melesat lebih tinggi di angka 5,68%.
Meskipun demikian tercatat malah ada beberapa emiten LQ45 yang terkoreksi pada perdagangan bulan ini.
Emiten-emiten apa sajakah yang harganya terdiskon? Apakah masih layak serok ? Simak tabel berikut.
Terpantau emiten dengan koreksi paling parah bulan ini adalah PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang terkoreksi 12,1%. Sentimen batalnya lelang jaringan 5G menjadi salah satu alasan bulan ini EXCL berkinerja harga negatif.
Jumat lalu (22/1), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memutuskan untuk memberhentikan proses seleksi pengguna pita frekuensi radio 2,3 GHz, yang bisa dipergunakan untuk jaringan 5G.
Dalam keterangan resmi otoritas informatika, Sabtu (23/1/2021), disebutkan bahwa penghentian proses seleksi tersebut diambil sebagai sebuah langkah kehati-hatian dan kecermatan.
Kominfo mengatakan, keputusan ini dilakukan guna menyelaraskan setiap bagian dari proses seleksi ini dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di lingkungan Kominfo.
Secara valuasi sendiri baik menggunakan metode valuasi harga dibanding dengan nilai buku (price to book value, PBV) maupun harga dibandingkan dengan laba bersih (price to earnings ratio, PER) valuasi EXCL masih tergolong oke dengan PER di angka 9,29 kali dan PBV di angka 1,23 kali.
Selanjutnya muncul nama 2 emiten pertambangan batu bara di daftar ini yakni posisi kedua yang ditempati oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) di posisi keempat yang masing-masing terkoreksi 9,4% dan 8,7%.
Anjloknya harga komoditas batu bara akhir-akhir tentunya ini menjadi sentimen negatif bagi kedua saham. Sebelumnya batu legam acuan Newcastle sempat melesat kencang ke level tertingginya selama hampir 2 tahun terakhir di angka US$ 90,5/ton sebelum akhirnya terkoreksi. Posisi harga batu bara saat ini berada di kisaran US$ 87,05/ton.
Secara valuasi sendiri kedua saham batu bara masih tergolong murah dengan PER masing-masing berada di angka 19,04 kali dan 17,97 kali, dengan catatan laba bersih berbagai emiten batu bara sempat anjlok pada kuartal kedua tahun lalu karena harga batu legam yang anjlok. Dengan demikiaan, PER tidak merepresentasikan valuasi saham tahun ini dimana banyak analis yang memprediksi munculnya siklus super komoditas.
Sedangkan apabila menggunakan metode valuasi PBV, kedua saham juga tidak bisa dikatakan mahal dengan PBV masing-masing 0,76 kali dan 1,10 kali.
Selanjutnya di posisi ketiga muncul nama emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) yang terkoreksi 9,2% bulan ini. Secara valuasi juga SRIL terlihat murah dengan PER hanya 3,32 kali dan PBV 0,49 kali.
Meskipun demikian secara historis saham SRIL memang selalu dihargai murah oleh para investor karena perusahaan besutan Iwan Lukminto ini pernah terjerat kasus dugaan pencemaran sungai Bengawan Solo, sehingga tata kelola perusahaan (GCG) dipertanyakan. Tercatat 3 tahun terakhir rata-rata PBV SRIL hanya berada di kisaran 0,77 kali.
Terakhir muncul nama emiten properti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang anjlok 6,8% sebulan terakhir. Secara valuasi, PER perusahaan tidak dapat dianalisis karena pada tahun lalu masih merugi. Sementara PBV perusahaan berada di angka 1,51 kali.
Lantas mana yang layak beli? Tentu saja keputusan investasi kembali lagi ke Anda sendiri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500