
Ingin Kurangi Ketergantungan Dolar AS, Ini yang Dilakukan BI

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) terus berusaha untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi perdagangan. Sehingga ekonomi dalam negeri tidak mudah terguncang dengan pergerakan dolar AS.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan pihaknya sejauh ini sudah menjalin kerja sama dengan bank sentral sejumlah negara, seperti Jepang, Malaysia, dan Thailand, untuk penggunaan mata uang lokal masing-masing dalam transaksi perdagangan, atau Local Currency Bilateral Swap Agreement (LCBSA).
"Kami memperbanyak jumlah bank yang ditunjuk untuk bisa bertransaksi dengan mata uang lokal tersebut. Dengan Jepang cukup positif. Saat ini kami juga sedang proses finalisasi dengan Tiongkok, untuk bisa diaplikasikan dengan banyak bank. Kami dorong agar bank-bank yang kami tunjuk diberikan suatu fleksibilitas dan fasilitas, sehingga mereka bisa bertransaksi dengan local currency," tutur Perry dalam pertemuan online dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa, Senin (25/1/2021).
Ke depan, Perry mengatakan, pengembangan penggunakan mata uang lokal dengan dua negara akan terus didorong. Ini akan terus dilakukan dengan mata uang yen, ringgit, dan baht yang perjanjiannya sudah dilakukan. "Jadi ketergantungan dolar AS bisa dikurangi," ujar Perry.
![]() Data BI |
Dalam catatan CNBC Indonesia, Bank Indonesia (BI) akhir tahun lalu telah menjalin kerja sama penggunaan mata uang lokal dengan bank sentral China (PBC). Kerja sama ini disebut Local Currency Settlement (LCS). Pelaksanaan kerja sama ini sedang difinalisasi, seperti yang disampaikan Perry.
"Gubernur PBoC Yi Gang dan Gubernur BI Perry Warjiyo telah menyepakati pembentukan kerangka kerja sama untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam penyelesaian transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung (Local Currency Settlement/ LCS). Kesepakatan tersebut dituangkan melalui penandatangan Nota Kesepahaman. Hal tersebut akan memperluas kerangka kerja sama LCS yang telah ada antara BI dengan Bank of Thailand, Bank of Negara Malaysia, dan Kementerian Keuangan Jepang," demikian penjelasan resmi BI pada September 2019 lalu.
Melalui kerja sama ini, PBoC dan BI sepakat mendorong penggunaan mata uang lokal dalam penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi langsung. Hal tersebut meliputi, antara lain, penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung dan perdagangan antarbank untuk mata uang yuan dan rupiah. Kerja sama ini akan diperkuat melalui berbagi informasi dan diskusi secara berkala antara otoritas China dan Indonesia.
![]() Data BI |
Sebenarnya, Kolaborasi RI-China untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan dolar AS sudah berlangsung cukup lama. Pada November 2018 lalu, BI juga memperpanjang kerja sama Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) dengan PBC, bahkan nilainya dinaikkan ketimbang sebelumnya
Kesepakatan yang diteken Gubernur Perry dengan Gubernur Yi Gang, nilainya mencapai CNY 200 miliar, atau setara US$ 30 miliar, naik dari sebelumnya CNY 100 miliar. BCSA tersebut juga berlaku selama 3 tahun.
Pada akhir 2018 lalu, pasar keuangan global dipenuhi ketidakpastian akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi tajam, pada 11 Oktober 2018 menyentuh Rp 15.265/US$, merosot lebih dari 12% secara year-to-date (YTD). Posisi rupiah kala itu berada di level terlemah sejak krisis moneter 1998.
Setelahnya memperpanjang BCSA posisi nilai tukar rupiah membaik, di akhir 2018 depresiasi rupiah tersisa 6%.
(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024