
IHSG Jeblok, Rupiah Jadi Lesu & Dihajar Dolar Australia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (25/1/2021), merespon penguatan bursa saham Asia. Dolar Australia dipandang sebagai mata uang risk-on, atau yang menguat saat sentimen pelaku pasar membaik.
Pada pukul 14:16 WIB, AU$ diperdagangkan di kisaran Rp 10.847,27, dolar Australia menguat 0,27% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Bursa saham Asia menghijau pada perdagangan hari ini, menjadi indikasi sentimen risk-on. Rupiah sebenarnya termasuk mata uang yang akan menguat ketika sentimen pelaku pasar membaik. Namun, saat bursa saham Asia menghijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok yang ikut menyeret rupiah. Pagi tadi, IHSG sempat jeblok hingga 2%, sementara siang ini masih melemah di kisaran 1,4%.
Selain itu, dolar Australia juga tertopang oleh tanda-tanda pemulihan ekonomi.
IHS Markit Jumat lalu melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur di awal 2021 naik menjadi 57,2 dari bulan Desember lalu sebesar 55,7.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berakhir kontraksi sementara di atasnya berarti ekspansi.
Detail laporan tersebut menunjukkan tingkat produksi dan penjualan mencatat kenaikan tertinggi dalam 3 tahun terakhir, sementara ekspor masih lemah yang terilihat dari penurunan pesanan baru dari luar negeri dalam 4 bulan beruntun.
Data tersebut menambah banyaknya sinyal perekonomian Australia mulai bangkit kembali.
Sehari sebelumnya, Biro Statistik Australia melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 6,6% di bulan Desember 2020, dari bulan sebelumnya 6,8%.
Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang terendah sejak bulan April lalu, meski masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan level sebelum pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda di 5,1%.
Selain tingkat pengangguran, sepanjang bulan Desember juga dilaporkan terjadi penambahan jumlah orang yang bekerja sebanyak 50 ribu orang. Artinya, roda bisnis di Australia mulai berputar kembali, dan banyak terjadi perekrutan tenaga kerja.
Membaiknya perekonomian Australia memang menjadi pemicu utama penguatan dolar Australia. Gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA), Philip Lowe, menunjukkan sikap optimis perekonomian Australia akan bangkit dari resesi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam 3 dekade terakhir.
"Pemulihan ekonomi sedang berlangsung, dan data ekonomi yang dirilis belakangan ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters awal Desember lalu.
"Ini adalah kabar bagus, tetapi pemulihan ekonomi masih belum terjadi secara menyeluruh, dan masih sangat tergantung dari dukungan kebijakan moneter dan fiskal," katanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'
