Masih Mau Bukti Kalau RI Raja Nikel Dunia, Cek Data Ini!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 January 2021 16:30
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan akhirnya berkesempatan menjajal armada taksi listrik Tesla Model X, yang diluncurkan oleh Blue Bird. (Dok.ESDM)
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan akhirnya berkesempatan menjajal armada taksi listrik Tesla Model X, yang diluncurkan oleh Blue Bird. (Dok.ESDM)

Dengan kebijakan moratorium ekspor bijih nikel, Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu pemain global dalam industri stainless steel dan yang tak ketinggalan adalah mobil listrik.

Nikel akan menjadi bahan baku utama untuk komponen baterai di mobil listrik. Melihat Indonesia yang kaya akan sumber daya alam ini, bos Tesla Elon Musk mulai melirik RI dan kabarnya akan berinvestasi dengan membangun pabrik baterai di kawasan industri Batang. 

Analis dan ekonom pun memberikan outlook bullish untuk harga nikel akibat tren penjualan mobil listrik yang diramal bakal terus naik. Salah satu yang memberikan ramalan bullish tersebut adalah Goldman Sachs.

Bank investasi asal Wall Street itu memperkirakan target harga nikel akan menyentuh US$ 21.000/ton dalam periode 12 bulan ini. Goldman Sachs merevisi naik harga nikel dari sebelumnya US$ 16.000/ton.

Dalam update terbarunya Goldman Sachs memandang tren penjualan mobil listrik masih akan terus meningkat. Jika tidak dibarengi dengan upgrade penggunaan baterai dari nikel maka pasokan nikel diramal bakal defisit mulai dari 2023.

Namun jika adopsi baterai mobil listrik dari nikel mengalami peningkatan yang pesat maka akan semakin mendorong naik harga nikel. Sebelumnya DBS juga punya outlook positif untuk harga nikel.

DBS dalam laporannya menyebut harga nikel tahun ini bakal bullish dan tembus ke atas US$ 20.000/ton. Hal tersebut karena ditopang oleh adanya defisit pasokan nikel di saat permintaan sedang naik-naiknya. Tren ini terutama terjadi untuk nikel kelas I yang banyak digunakan untuk baterai mobil listrik.

Proyeksi DBS, permintaan nikel kelas I akan tumbuh 5,9% setiap tahunnya sampai 2025. Untuk periode yang sama pasokan nikel kelas I hanya tumbuh 3,3%.

Sementara itu, untuk nikel Kelas II keseimbangan di pasar tetap terjaga tahun ini, bahkan hingga 2025 seiring dengan kuatnya peningkatan kapasitas nikel pig iron (NPI) di Indonesia mengimbangi penurunan produksi Cina dan pertumbuhan permintaan nikel untuk stainless steel.

Lebih lanjut DBS memprediksi volume penjualan mobil listrik akan naik 24% per tahun secara compounding (CAGR) ke 22,3 juta unit pada tahun 2030. Kenaikan penjualan mobil listrik tentu akan mengerek permintaan nikel kelas I seiring dengan minat yang tinggi untuk penggunaan baterai yang menggunakan nikel.

Permintaan nikel untuk baterai mobil listrik akan tumbuh sebesar 32% (CAGR ) pada 2019-2030 sehingga meningkatkan konsumsi nikel untuk baterai yang dapat diisi ulang hingga 24% per tahun menjadi 1,27 juta ton pada tahun 2030.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan kontribusi baterai isi ulang terhadap konsumsi nikel akan meningkat hingga 30% pada 2030 dari hanya 5% pada 2019." tulis DBS dalam laporannya.

Kini harga nikel sudah kembali tembus ke level US$ 18.000/ton. Tren kenaikan harga nikel juga membuat saham-saham emiten pertambangan ikut beterbangan. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bahkan melesat dengan sangat tinggi dan menjadi salah satu saham bagger dengan capital gain lebih dari 270% sejak awal 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular