Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Tanah Air juga berjaya di perdagangan pasar spot.
Hari ini, Kamis (21/1/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada do Rp 14.039. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Rupiah juga menghijau di pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.000 di mana rupiah menguat 0,14%.
Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Apresiasi 0,17% membuat rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari ringgit Malaysia.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:02 WIB:
Rupiah berhasil memanfaatkan dolar AS yang masih saja merana. Pada pukul 09:07 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,14%. Dalam setahun terakhir, indeks ini sudah ambles 7,36%.
Pelaku pasar bergairah dengan keabsahan Joseph 'Joe' Biden sebagai presiden AS ke-46 menggantikan Donald Trump. Malam tadi waktu Indonesia, Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris disumpah di depan gedung Capitol Hill.
Satu hal yang membuat investor berbunga-bunga adalah stimulus fiskal. Ya, beberapa hari lalu Biden mengumumkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun untuk mengatasi dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Biden dikabarkan segera mengirimkan proposal stimulus tersebut ke Kongres. Sepertinya Kongres akan memberi restu, karena baik House of Representatives maupun Senat dikuasai oleh Partai Demokrat pendukung pemerintah.
Kala pemerintahan Trump, butuh waktu berbulan-bulan untuk menggolkan stimulus fiskal karena Kongres yang terbelah. Ketidakpastian sangat tinggi, karena pembahasan stimulus maju-mundur seperti tarian poco-poco.
Kini dengan hadirnya Blue Wave (Demokrat menyapu bersih eksekutif dan legislatif), kemungkinan tidak ada lagi poco-poco soal stimulus. Satu ketidakpastian bisa dihapus dari daftar.
"Ketika Anda melihat ketidakpastian sudah tidak ada dan itu benar-benar terjadi, maka optimisme akan tumbuh. Lahir pula harapan bahwa ekonomi akan bangkit," kata Juan Perez, Senior FX Strategist di Tempus Inc yang berkedudukan di Washington (AS), seperti dikutip dari Reuters.
Minus ketidakpastian, investor ramai-ramai memasang mode risk-off (abai terhadap risiko). Aset aman seperti dolar AS kehilangan pamornya, karena pelaku pasar memilih instrumen berisiko yang mendatangkan cuan gede. Pasar keuangan negara-negara berkembang menawarkan itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA