Goodbye Trump, Hello Biden! Harapan Baru Buat Rupiah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 January 2021 09:10
Pelantikan Presiden AS Joe Biden
Foto: Joe Biden dilantik sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat oleh Ketua Mahkamah Agung John Roberts saat Jill Biden di Pelantikan Presiden ke-59 di US Capitol di Washington, Rabu, 20 Januari 2021. (AP Photo/Andrew Harnik, Pool)

Beberapa hari lalu, Biden mengumumkan pemerintahannya berencana menggelontorkan stimulus fiskal bernilai Rp 1,9 triliun atau sekira Rp 26.723,5 triliun. Di dalamnya ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 1.400 atau Rp 19,69 juta sebagai tambahan dari US$ 600 (Rp 8,44 juta) yang sudah diberikan sebelumnya.

Kemudian tunjangan pengangguran dinaikkan dari US$ 300 (Rp 4,22 juta) per minggu menjadi US$ 400 (Rp 5,63 juta) per minggu. Ada pula bantuan uang sewa rumah bagi keluarga yang kehilangan mata pencarian karena pandemi. Pemerintah juga berencana membantu keluarga-keluarga tersebut untuk memenuhi pembayaran listrik, air, dan gas.

Selain itu ada banyak program yang harus segera dieksekusi. Biden tidak punya waktu lama, stimulus ini harus segera dinikmati oleh rakyat.

Untuk itu, Biden harus meminta restu dari Kongres. Saat ini Kongres (baik House of Repesentatives dan Senat) didominasi oleh Partai Demokrat pendukung pemerintah. Jadi seharusnya pengesahan paket stimulus tidak akan menghadapi hambatan yang signifikan.

Harapan akan kehadiran stimulus fiskal yang mampu menolong rumah tangga dan dunia usaha di AS membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Bursa saham New York menguat lumayan tajam, di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,83%, S&P 500 melesat 1,39%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,97%.

"Pasar punya ekspektasi yang besar terhadap paket stimulus bernilai triliunan dolar itu. Harapan tersebut menutup gaduh politik seputar pelantikan," ujarRoss Mayfield, Analis di Baird yang berbasis di Wisconsin (AS), sebagaimana dikutip dari Reuters.

Optimisme di Wall Street sukses menyeberangi Samudera Atlantik dengan selamat dan sampai di Asia. Risk Appetite investor menebal dan tidak ada istilah bermain aman.

Arus modal mengalir deras ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia, tidak terkecuali Indonesia. Hasilnya, rupiah pun mantap menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular