Goodbye Trump, Hello Biden! Harapan Baru Buat Rupiah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 January 2021 09:10
Presiden AS Joe Biden didampingi Wakil Presiden Kamala Harris
Presiden AS Joe Biden didampingi Wakil Presiden Kamala Harris menandatangani dokumen deklarasi pelantikan di Ruang Presiden di US Capitol setelah upacara pelantikan di US Capitol di Washington, Rabu, 20 Januari 2021. (Jim Lo Scalzo/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Pelantikan Joseph 'Joe' Biden sebagai presiden AS membuat pelaku ikut bergairah.

Pada Kamis (21/1/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.000 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,21% di hadapan dolar AS. Jika hari ini rupiah masih hijau sampai tutup 'lapak', maka mata uang Tanah Air sah terapresiasi dalam tiga hari berturut-turut.

Sentimen positif bagi rupiah hari ini datang dari luar negeri. Malam tadi waktu Indonesia, Biden resmi menjadi presiden ke-46 Negeri Adikuasa menggantikan Donald Trump.

"Saya berjanji kepada Anda, saya akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat AS. Saya akan berjuang sekeras mungkin bagi Anda yang tidak memilih saya, sama seperti saya berjuang buat Anda yang memilih saya," tegas Biden dalam pidato di Capitol Hill, seperti dikutip dari Reuters.

Masa 'bulan madu' Biden tidak akan lama. Sang penunggu Gedung Putih yang baru akan langsung dihadapkan dengan setumpuk persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya.

Tantangan terbesar Biden adalah mengatasi dampak pandemi virus corona. Sampai saat ini, AS masih menjadi negara dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di dunia.

Mengutip data Worldometer per 21 Januari 2021 pukul 00:43 GMT (07:43 WIB), jumlah pasien positif corona di seluruh negara mencapai 97.268.772 orang. Dari jumlah tersebut, jumlah pasien positif di Negeri Paman Sam adalah 24.987.393. Artinya, sekitar 25% kasus corona di seluruh dunia terjadi di AS, satu dari empat orang yang positif terinfeksi virus corona adalah warga negara Negeri Adikuasa.

Beberapa hari lalu, Biden mengumumkan pemerintahannya berencana menggelontorkan stimulus fiskal bernilai Rp 1,9 triliun atau sekira Rp 26.723,5 triliun. Di dalamnya ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai US$ 1.400 atau Rp 19,69 juta sebagai tambahan dari US$ 600 (Rp 8,44 juta) yang sudah diberikan sebelumnya.

Kemudian tunjangan pengangguran dinaikkan dari US$ 300 (Rp 4,22 juta) per minggu menjadi US$ 400 (Rp 5,63 juta) per minggu. Ada pula bantuan uang sewa rumah bagi keluarga yang kehilangan mata pencarian karena pandemi. Pemerintah juga berencana membantu keluarga-keluarga tersebut untuk memenuhi pembayaran listrik, air, dan gas.

Selain itu ada banyak program yang harus segera dieksekusi. Biden tidak punya waktu lama, stimulus ini harus segera dinikmati oleh rakyat.

Untuk itu, Biden harus meminta restu dari Kongres. Saat ini Kongres (baik House of Repesentatives dan Senat) didominasi oleh Partai Demokrat pendukung pemerintah. Jadi seharusnya pengesahan paket stimulus tidak akan menghadapi hambatan yang signifikan.

Harapan akan kehadiran stimulus fiskal yang mampu menolong rumah tangga dan dunia usaha di AS membuat pelaku pasar berbunga-bunga. Bursa saham New York menguat lumayan tajam, di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,83%, S&P 500 melesat 1,39%, dan Nasdaq Composite melonjak 1,97%.

"Pasar punya ekspektasi yang besar terhadap paket stimulus bernilai triliunan dolar itu. Harapan tersebut menutup gaduh politik seputar pelantikan," ujarRoss Mayfield, Analis di Baird yang berbasis di Wisconsin (AS), sebagaimana dikutip dari Reuters.

Optimisme di Wall Street sukses menyeberangi Samudera Atlantik dengan selamat dan sampai di Asia. Risk Appetite investor menebal dan tidak ada istilah bermain aman.

Arus modal mengalir deras ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia, tidak terkecuali Indonesia. Hasilnya, rupiah pun mantap menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular