
Angkat Topi! Asing Borong Saham RI Rp 757 M, IHSG Naik 1,71%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melaju kencang, dan berhasil melenggang ke zona hijau saat penutupan perdagangan hari ini, Rabu (20/1/2021). IHSG menguat 1,71% ke 6.429,76 setelah terkoreksi kemarin.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi mencapai Rp 25,1 triliun. Di pasar reguler, investor asing mencatatkan aksi beli bersih Rp 757,4 miliar. Tiga saham perbankan BUKU IV menjadi buruan asing.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) diborong asing Rp 257,5 miliar dan naik 5,73% ke Rp 7.375/unit. Saham yang paling diborong asing adalah saham bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai Rp 329,4 miliar, dan mengalami apresiasi 5,84% ke Rp 4.890/unit.
Terakhir ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang stagnan di ke Rp 35.475/unit, setelah diborong asing Rp 45,4 miliar.
Sementara itu saham yang dilego oleh investor asing ada PT BFI Finance Tbk (BFIN) yang malah naik 8,53% ke level Rp 700/unit setelah dilepas asing sebesar Rp 30,1 miliar.
Sebanyak 287 saham mengalami kenaikan, 211 di antaranya turun dan sisanya sebanyak 131 ditutup stagnan.
IHSG mendapat sentimen positif dari kinerja Wall Street semalam. Tiga indeks saham acuan utama kompak melenggang ke zona hijau. Dow Jones naik 0,4%. Indeks S&P 500 melompat 0,8% dan terakhir ada Nasdaq Composite yang memimpin penguatan dengan apresiasi sebesar 1,5%.
Pelantikan Joe Biden sebagai presiden AS ke-46 menjadi perhatian utama pelaku pasar. Keamanan jalannya pelantikan tersebut tentunya menjadi perhatian utama.
Maklum saja, pendukung Donald Trump dikhawatirkan akan melakukan demo menolak pelantikan Biden. Dua pekan lalu, situasi di Washington DC bahkan cukup mencekam.
Pengunjuk rasa yang mendukung Presiden Donald Trump menyerbu gedung parlemen saat DPR, Senat, dan Wakil Presiden Mike Pence sedang mengadakan sidang untuk menetapkan Joe Biden sebagai Presiden AS ke-46.
Bentrokan pun tak terhindarkan, 4 orang dilaporkan tewas. Pasca insiden tersebut pemerintah AS memperketat penjagaan di Washington DC dan semua negara bagian, menjelang pelantikan Biden.
Keamanan dan stabilitas di AS jelang, saat, dan pasca pelantikan Biden akan memberikan sentimen positif ke pasar finansial global.
Setelahnya, pasar akan menanti gebrakan dari mantan wakil presiden 2 periode tersebut. Biden dikabarkan akan mengambil langkah cepat dalam 10 hari pertama pemerintahannya, dalam menanggulangi yang disebut 4 krisis, Covid-19, kemerosotan ekonomi, ketidakadilan rasial, serta perubahan iklim.
Begitu dilantik, Biden akan langsung bergabung kembali dalam perjanjian iklim Paris, di mana Trump sebelumnya keluar dari perjanjian tersebut. Biden juga akan mencabut larangan Muslim datang ke AS, kemudian mewajibkan penggunaan masker.
Pada hari Kamis, Biden akan menandatangani peraturan presiden terkait dengan pembukaan kembali sekolah dan dunia usaha. Di hari Jumat, ia akan memerintahkan kabinetnya untuk segera bertindak memberikan bantuan ekonomi bagi keluarga yang terdampak krisis akibat Covid-19.
Sementara itu mengenai stimulus US$ 1,9 triliun, calon menteri keuangan AS Janet Yellen, saat berbicara di hadapan Komite Finansial Senat mengatakan hal tersebut akan menjadi fokus pertama nanti.
"Itu (stimulus fiskal) akan menjadi fokus utama saya jika saya menjadi menteri keuangan, fokus pada kebutuhan para pekerja yang tinggal di kota dan pedesaan, dan memastikan kami akan memiliki perekonomian yang baik yang memberikan pekerjaan dan gaji yang bagus," kata Yellen sebagaimana dilansir CNBC International.
Para senator AS memberikan berbagai pertanyaan kepada Yellen, mulai dari hubungan dengan China, pajak hingga utang yang membengkak.
Mengenai hubungan AS dengan China, Yellen mengatakan masih akan bersikap keras, namun dengan pendekatan yang berbeda dari rezim Donald Trump. Selain itu mantan ketua The Fed periode 2014-2018 ini juga menyinggung mengenai kenaikan pajak yang akan dilakukan, tapi tidak menjadi fokus utama saat ini. Begitu juga dengan kondisi fiskal dengan utang yang membengkak ke depannya akan dibenahi, tetapi tidak menjadi fokus utama saat ini.
Yellen juga membahas mengenai nilai tukar dolar AS. Berbeda dengan Pemerintahan Trump yang cenderung menginginkan dolar AS melemah, era Biden akan mendukung dolar AS yang kuat dan stabil yang nilainya ditentukan oleh mekanisme pasar.
"Amerika Serikat tidak melemahkan mata uang untuk mendapat keuntungan kompetitif, dan kita juga harus melawan usaha yang sama yang dilakukan negara lain. Melemah mata uang untuk mendapat keuntungan komersial tidak dapat diterima," kata Yellen.
Bagaimana pun juga terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS ke-46 dan duet mautnya dengan mantan bos The Fed Jenet Yellen menjadi kabar positif untuk pasar, karena punya pandangan yang sama terutama terkait prioritas mengembalikan ekonomi AS melalui stimulus.
Namun stimulus fiskal yang besar dan harapan bangkitnya perekonomian AS juga berpotensi memicu aliran keluar (outflow) dana asing kembali ke Paman Sam. IHSG yang terhitung sudah berlari kencang sepanjang Januari menjadi rentan mengalami koreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sambut Presiden Baru AS, IHSG Bisa Balik ke 6.400