Sempat Dibuka Minus, IHSG Tutup Sesi 1 di Zona Hijau

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 January 2021 11:47
Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Berkubang di zona merah pada pembukaan pagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada penutupan sesi pertama Senin (18/1/2021), menyusul kepastian politik di Amerika Serikat (AS) dan peluang munculnya stimulus baru di Negara Adidaya tersebut.

Indeks acuan bursa nasional tersebut bertambah 34,3 poin atau 0,5% ke 6.407,16. Sebanyak 212 saham menguat, 253 tertekan dan 165 lainnya flat. Transaksi bursa terus meningkat dengan 21 miliar lebih saham diperdagangkan, sebanyak lebih dari 1,2 juta kali transaksi.

Nilai transaksi bursa mencapai Rp 14,4 triliun, di mana investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 24,5 miliar di pasar reguler, yang menunjukkan bahwa mayoritas dari mereka masih cenderung bernafsu memborong saham.

Saham yang diburu antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menguat masing-masing sebesar 2% dan 0,4% menjadi Rp 35.475 dan Rp 4.600 per saham. Nilai transaksi beli asing keduanya masing-masing sebesar Rp 291 miliar dan Rp 331,4 miliar.

Namun, sama seperti sebelum-sebelumnya, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masih merajai dari sisi nilai transaksi dengan total nilai Rp 2 triliun. Sayangnya, saham BUMN tambang tersebut terpangkas 4,8% atau 150 poin ke Rp 2.970 per unit.

Pada pagi tadi, IHSG dibuka dibuka terkoreksi 0,13% ke level 6.365,02 mengikuti tren bursa Asia yang mayoritas juga dibuka di zona merah. Namun, sentimen pelaku pasar berbalik positif setelah meyakini pemulihan ekonomi China masih berlangsung meski tak secepat perkiraan.

Pelaku pasar menanti rilis pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020. Hasil survei Reuters menunjukkan produk Domestik Bruto (PDB) China kuartal IV-2020 tumbuh 6,1% YoY, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,9%.

Namun, Biro Statistik China hari ini mengumumkan bahwa ekonomi Negeri Panda ini tercatat sebesar 2,3% pada 2020 (secara tahunan) alias terendah semenjak ekonomi Tiongkok memulai reformasi di 1970-an.

Meski terhitung sebagai pertumbuhan ekonomi dengan laju terlambat dalam 4 tahun, tetapi pelaku pasar meyakini bahwa efek wabah corona (Covid-19) tidak separah seperti yang dikhawatirkan sebelumnya, dan kini memasuki pemulihan menyusul vaksinasi.

Sentimen positif tambahan muncul dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di angka 4,8% atau 40 basis poin (bps) lebih tinggi dari perkiraan IMF sebelumnya di 4,4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Celup Zona Merah, IHSG Tutup Sesi 1 dengan Reli 0,23%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular