Catat! Ini Deretan Stimulus OJK untuk Industri Keuangan 2021

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
15 January 2021 19:58
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2021. (Tangkapan Layar Youtube Jasa Keuangan)
Foto: Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2021. (Tangkapan Layar Youtube Jasa Keuangan)

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan telah menyiapkan 5 stimulus bagi industri keuangan pada tahun 2021 ini. Stimulus ini termasuk bagian dalam Masterplan Sektor Jasa Keuangan Indonesia (MPSJKI) 2021-2025 yang diluncurkan pada hari ini, Jumat (15/1/2021).

"Masterplan ini diharapkan dapat menjawab tantangan jangka pendek dari pandemi Covid 19 dan tantangan struktural dalam mewujudkan sektor jasa keuangan nasional yang berdaya saing, kontributif dan inklusif," ujar Wimboh dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) yang digelar secara virtual di Jakarta, Jumat, (15/1/2021).

Wimboh merinci bahwa stimulus pemulihan ekonomi nasional tersebut adalah Pertama memperpanjang kebijakan restrukturisasi kredit bagi debitur terdampak Covid 19 hingga 2022; Kedua, memberikan sovereign rating dalam perhitungan permodalan berbasis risiko apabila lembaga jasa keuangan (LJK) membeli efek yang diterbitkan oleh Lembaga Pengelola Investasi (sovereign wealth fund/LPI) sesuai tujuan Undang-Undang Cipta Kerja.

Ketiga, mengeluarkan relaksasi kebijakan prudensial yang sifatnya temporer yakni; restrukturisasi kredit/pembiayaan berulang selama periode relaksasi dan tanpa biaya yang tidak wajar/berlebihan, penurunan bobot risiko kredit (ATMR) untuk Kredit dan Pembiayaan Properti serta Kredit dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor, serta penyesuaian Batas Maksimum Pemberian Kredit dan Penurunan bobot risiko kredit (ATMR) untuk sektor kesehatan.

Empat, mempermudah dan mempercepat akses pembiayaan bagi pelaku usaha khususnya UMKM antara lain dengan memperluas proyek percontohan KUR Klaster yang telah berhasil diterapkan di beberapa daerah seperti di Desa Sendang Biru - Jawa Timur, Desa Tempuran - Lampung dan Desa Karang Sari - Sumatera Selatan.

Kelima, memperluas ekosistem digitalisasi UMKM dari hulu sampai hilir, antara lain dengan pengembangan BWM, platform securities crowdfunding, proses KUR dan juga pengembangan platform marketplace digital yang disebut "UMKM-MU". Hal ini diharapkan akan membuka akses pasar dan pembiayaan bagi UMKM dan milenial yang usahanya terkendala akibat pandemi.

Pada kesempatan yang sama Wimboh Santoso mengatakan kredit perbankan nasional terkontraksi -2,41% pada 2020 lalu. Namun demikian, kredit Bank BUMN masih tumbuh 0,63% dan BPD tumbuh 5,22%, serta Bank Syariah tumbuh 9,50%.

"Hal ini karena perusahaan belum beroperasi mormal, mudah mudahan ini temporary mereka bisa pulih kembali ini sejalan dengan LDR (loan to deposits ratio) yang rendah yakni 82,2%, meskipun suku bunga berangsur turun," ujar Wimboh dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) yang digelar secara virtual di Jakarta, Jumat, (15/1/2021).

Dia menjelaskan di sektor UMKM, berbagai kebijakan stimulus yang diberikan oleh OJK dan pemerintah berdampak pada stabilnya pertumbuhan kredit UMKM dan mulai tumbuh positif secara month to month pada beberapa bulan terakhir. Penempatan dana pemerintah di perbankan sebesar R p66,7 triliun telah disalurkan sebesar Rp323,8 triliun atau memberikan leverage sebesar 4,8 kali.

Sementara itu, kebijakan restrukturisasi kredit perbankan yang telah diperpanjang, hingga akhir Desember telah mencapai Rp971 triliun atau 18% dari total kredit. Restrukturisasi ini diteri,ma 7,6 juta debitur UKM dan korporasi.

"Hal ini (restrukturisasi kredit) bisa menahan NPL pada level 3,06% dan perbankan didukung permodalan kuat 23,78%," ujaw Wimboh.

"Sejalan dengan itu, likuiditas perbankan masih cukup memadai (ample) ditandai oleh alat likuid perbankan yang terus meningkat mencapai sebesar Rp2.111 triliun dibandingkan tahun lalu sebesar Rp1.251 triliun, dan Dana Pihak Ketiga yang tumbuh sebesar 11,11% yoy. Alat likuid per non-core deposit 146,72% dan liquidity coverage ratio 262,78%, lebih tinggi dari threshold-nya," tambah Wimboh.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Beli Mobil Listrik Bakal Murah, Nih! OJK Turunkan ATMR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular