
Pemodal Cenderung Profit Taking, Dow Futures Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (15/1/2021) melemah, mengindikasikan pelaku pasar memilih merealisasikan keuntungan di perdagangan terakhir Wall Street pekan ini.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average turun 127 poin, atau 0,4%. Kontrak serupa indeks S&P 500 turun 0,4% sedangkan kontrak futures Nasdaq melemah 0,3%. Pasar telah lama mengantisipasi stimulus ekstra dari presiden terpilih Joe Biden, dengan reli S&P 500 sebesar 9% dalam 3 bulan terakhir.
Biden, yang akan berkantor di Gedung Putih pada 20 Januari, merilis Rencana Penyelamatan Amerika (American Rescue Plan), yang berisi perpanjangan program tunjangan pengangguran sebesar US$ 400 per orang hingga September dan bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 1.400 per warga AS.
Selain itu, termasuk juga dana tambahan sebesar US$ 350 miliar untuk pemerintahan negara bagian, dana US$ 70 miliar untuk program vaksinasi Covid-19 dan tes masal, serta menaikkan upah minimum federal sebesar US$ 15 per jam.
"Ada kepedihan yang nyata menyelimuti ekonomi riil - mereka yang bergantung pada gaji, bukan investasi, untuk membayar tagihan dan kebutuhan pokok serta keperluan anak-anaknya," tutur Biden dalam pidato di Delaware sebagaimana dikutip CNBC International, Kamis malam.
Pidato Biden itu diikuti koreksi saham teknologi yang sebelumnya diuntungkan dari pandemi dan kenaikan saham siklikal yang bakal diuntungkan dari pemulihan ekonomi. Stimulus kian diantisipasi setelah data pengangguran AS per Desember menunjukkan pemburukan.
Savita Subramanian, Kepala Perencana Trading Bank of America' menilai stimulus tambahan itu menjadi salah satu pemicu peralihan dari saham teknologi ke saham siklikal. Indeks Dow Jones ditutup merah pada Kamis, sementara Russell 2000 yang berisi saham gurem naik lebih dari 2%.
Stimulus tambahan, yang berfokus pada perubahan iklim dan menggenjot infrastruktur bakal dirilis pada Februari. Savita menilai kebijakan tersebut akan semakin menekan saham-saham teknologi dan juga prospek pendapatan mereka.
Hanya saja, proposal Biden masih harus lolos di DPR dan Senat. Meski Partai Demokrat di atas kertas menguasai keduanya, tetapi tetap perlu dukungan dari dalam partai mereka sendiri. "Partai Biru" tersebut semula mendorong paket stimulus triliunan dolar sebelum menyepakati angka US$ 900 miliar pada Desember.
Pada hari ini, investor bakal memantau kinerja keuangan per Q4-2020 bank-bank besar seperti Wells Fargo, Citigroup, dan JPMorgan Chase. Demikian juga dengan data penjualan ritel dan inflasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping