Malaysia Bisa Batal Beli Vaksin Sinovac, Ringgit kok Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 January 2021 14:39
FILE PHOTO: A Malaysia Ringgit note is seen in this illustration photo June 1, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Reuters/Thomas White

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar ringgit Malaysia menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (15/1/2020), meski Malaysia sedang mengkaji kemungkinan pembatalan pembelian vaksin virus corona buatan Sinovac.

Melansir data Refinitiv, kurs ringgit menguat 0,07% ke 4,0300/US$ pada hari ini, penguatan tersebut melanjutkan kinerja positif dalam 2 hari perdagangan sebelumnya.

Tetapi, melawan rupiah, ringgit Malaysia justru melemah 0,24% ke Rp 3.471,22/MYR.

Pergerakan ringgit tersebut mengindikasikan dolar AS sedang tertekan belakangan ini. Sebabnya, Presiden AS terpilih Joseph 'Joe' Biden pada Kamis waktu setempat mengumumkan akan menggelontorkan paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 trillun.

Dengan tambahan stimulus fiskal, maka jumlah uang yang beredar di AS akan bertambah, dan secara teori dolar AS akan melemah.

Pada bulan Maret 2020, dolar AS begitu perkasa, ringgit bahkan sempat ambrol ke level 4,4400/US$, terlemah Maret 2017. Namun, AS saat itu menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 2 triliun guna menanggulangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19), dan menyelamatkan perekonomian AS.

Setelahnya nilai tukar dolar AS terus merosot. Efek yang sama kemungkinan akan muncul saat stimulus US$ 1,9 triliun yang dijanjikan Joe Biden cair.

Sementara itu, Pemerintah Malaysia tengah mempertimbangkan kemungkinan membatalkan pembelian vaksin China Sinovac, Coronavac. Ini dikatakan Menteri Sains, Teknologi dan Inovasi Khairy Jamaluddin dalam konferensi pers, dikutip dari The Star.

Ia mengatakan kemungkinan tidak akan melanjutkan pengadaan vaksin Covid-19 Sinovac jika mereka tidak puas dengan keamanan dan kemanjurannya.

Meski begitu Jamaluddin menegaskan setiap pengadaan vaksin harus mendapat persetujuan dari Badan Pengatur Farmasi Nasional (NPRA).

"Jika kami tidak puas dengan keamanan dan kemanjuran, kami tidak akan melakukan pengadaan. Data klinis Sinovac baru dirilis. Kami akan meninjau datanya dan memutuskan," katanya dalam serangkaian tweet.

Alhasil ada kemungkinan vaksinasi massal yang akan dilakukan Malaysia masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.

Disisi lain, vaksinasi massal di Indonesia sudah resmi dimulai Rabu (13/1/2021). Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia pertama yang mendapat suntikan vaksin CoronaVac.

Meski prosesnya akan memakan waktu yang cukup panjang untuk agar vaksinasi di seluruh Indonesia selesai, tetapi harapan akan hidup berangsur-angsur normal kembali, dan perekonomian bisa bangkit kembali.

Vaksinasi dikatakan menjadi salah satu kunci penguatan mata uang emerging market (EM) di tahun 2021.

Reuters melakukan survei terhadap 50 ahli strategi mata uang pada periode 4 - 7 Januari, hasilnya mata uang negara berkembang yang beberapa bulan terakhir menguat diramal akan melanjutkan penguatan di 2021.

Sebanyak 38 orang ahli strategi yang disurvei mengatakan yield yang tinggi, serta program vaksinasi yang sukses akan menjadi pemicu utama penguatan mata uang EM. Sementara 10 orang, melihat pemulihan ekonomi domestik sebagai pendorong utama.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kursi PM Malaysia Jadi Rebutan, Ringgit yang Perkasa Tumbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular