
Ada Stimulus Jumbo US$ 1,9 T di AS, Ini Pengaruhnya ke Minyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah bergerak tak seirama hari ini, Jumat (15/1/2021) dengan kontrak Brent melemah dan kontrak West Texas Intermediate (WTI) mengalami apresiasi.
Pada 11.00 WIB harga kontrak Brent melemah 0,27% ke US$ 56,27/barel dan kontrak WTI menguat tipis 0,04% ke US$ 53,59/barel.
Saat para produsen mengalami kesulitan untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pasokan di pasar, harga kontrak di bursa berjangka justru menunjukkan adanya perilaku euforia yang mengerek harga si emas hitam.
Tren bullish harga minyak terjadi setelah Arab Saudi memutuskan untuk memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada Februari-Maret untuk mengkompensasi kenaikan produksi Rusia dan Kazakhstan.
"Euforia pasar minyak sangat kuat, tetapi indikator pasar dari Asia beragam," kata RBC Capital Markets kepada Reuters. "China sebagai mesin pertumbuhan permintaan minyak global, sedang bergumul dengan wabah Covid-19 baru," tambahnya.
Impor minyak mentah ke China naik 7,3% pada tahun 2020, dengan rekor pengiriman yang tinggi di dua dari empat kuartal karena peningkatan aktivitas kilang dan rendahnya harga yang mendorong penimbunan.
Namun lonjakan kasusCovid-19 membuat prospek pemulihan minyak agak terganggu. Setelah sekian lama mencatatkan kasus harian Covid-19 yang rendah, China kembali mengalami lonjakan kasus belakangan ini.
Pada hari Rabu, Komisi Kesehatan Nasional melaporkan total 115 kasus baru yang dikonfirmasi di daratan, dibandingkan dengan 55 hari sebelumnya, peningkatan harian tertinggi sejak 30 Juli. Dikatakan 107 dari kasus baru adalah infeksi lokal.
Sebagian besar kasus baru dilaporkan di dekat ibu kota, Beijing, tetapi sebuah provinsi di timur laut jauh juga mengalami peningkatan infeksi. Hebei, provinsi yang mengelilingi Beijing, menyumbang 90 kasus, sementara provinsi Heilongjiang timur laut melaporkan 16 kasus baru.
Kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan membuat China kembali memutuskan untuk mengetatkan langkah-langkah pembatasan sosial. Setidaknya tiga kota di Provinsi Hebei yakni Shijiazhuang, Xingtai dan Langfang dikarantina (lockdown).
Sementara itu Beijing juga meningkatkan kewaspadaan melalui skrining untuk mencegah terbentuknya klaster di wilayah tersebut. Gelombang infeksi kemungkinan akan meredam liburan Tahun Baru Imlek bulan depan, ketika ratusan juta orang biasanya melakukan perjalanan ke kota asal mereka.
Sentimen positif yang masih mampu menahan harga minyak dari koreksi adalah proposal stimulus senilai US$ 1,9 triliun yang diajukan oleh Presiden AS terpilih Joe Biden.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Stimulus Jumbo di AS, Harga Minyak Stay Cool di US$ 50