
Bursa Asia Dibuka Variatif, Hang Seng & STI Kompak Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Jumat (15/1/21), di tengah reaksi pasar terhadap rilis proposal paket penyelamatan virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat (AS) senilai US$ 2 triliun dari Presiden terpilih AS Joe Biden.
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,36% dan Straits Times Index (STI) Singapura dibuka turun tipis 0,09%.
Sedangkan indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,28%, Shanghai Composite naik tipis 0,01%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,12%.
Beralih ke Bursa Saham Negeri Paman Sam, Wall street ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (14/1/21).
Dow Jones ditutup melemah 0,22% ke level 30.991,52, S&P 500 terpangkas 0,38% ke 3.795,54 dan Nasdaq Composite terdepresiasi 0,12% ke 13.112,64.
Pasar masih menunggu rencana stimulus fiskal di bawah kepemimpinan presiden terpilih Joe Biden. Stimulus kali ini diperkirakan bakal senilai US$ 2 triliun yang meliputi bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 600 serta asuransi untuk pengangguran.
Menurut Adam Crisafulli, analis dari Vital Knowledge dalam sebuah catatan, kenaikan di pasar saham yang terjadi belakangan ini ditopang oleh adanya optimisme stimulus dan vaksin.
Kenaikan klaim tunjangan pengangguran yang melesat hingga 965 ribu menjadi salah satu data penguat bahwa ekonomi terbesar di dunia itu masih membutuhkan uluran tangan dari pemerintah untuk tetap bisa melanjutkan nafasnya.
Lebih lanjut Crisafulli mengatakan bahwa isu terkait pemakzulan Presiden ke-45 Donald Trump adalah berita yang tidak relevan untuk pasar. Artinya dampak dari pengumuman pemakzulan Trump yang diusulkan oleh DPR AS (The House) dari pihak Partai Demokrat tidak banyak berpengaruh ke pasar.
Trump dimakzulkan oleh DPR AS seminggu jelang waktu pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS ke-46 karena dinilai telah memicu terjadinya kisruh di Gedung Kongres (The Capitol) yang menewaskan 5 orang termasuk aparat keamanan polisi gedung tersebut.
Koreksi saham yang tidak dalam juga didukung oleh pernyataan ketua bank sentral AS Federal Reserves (The Fed) Jerome Powell. Pria berusia 67 tahun itu menegaskan bahwa suku bunga acuan tetap tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat.
"Ketika saatnya tiba untuk menaikkan suku bunga, kami pasti akan melakukannya, dan saat itu bukanlah dalam waktu dekat ini," kata kepala bank sentral paling berpangaruh di dunia itu seperti yang ditulis CNBC International.
Apabila mengacu pada keterangan yang sudah-sudah, suku bunga acuan masih akan ditahan di kisaran mendekati nol persen (zero lower bound) untuk beberapa tahun ke depan, setidaknya sampai 2023.
Namun, kabar baik datang dari seputar vaksin Covid-19, di mana vaksin buatan Johnson & Johnson (J&J) sukses melakukan uji coba tahap akhir dan hasilnya pun menjanjikan.
Sebagian besar sukarelawan dilaporkan menghasilkan antibodi penetral yang dapat dideteksi, yang diyakini para peneliti memainkan peran penting dalam mempertahankan diri dari infeksi virus setelah 28 hari percobaan penyuntikan.
Sementara itu, vaksin buatan J&J tersebut hanya membutuhkan satu dosis saja untuk setiap orang.
"Data uji klinis fase satu dan dua menunjukkan satu suntikan vaksin memberikan antibodi yang berkelanjutan" kata Dr. Paul Stoffels, kepala petugas ilmiah di J&J, kepada Meg Tirrell dari CNBCÂ International dalam sebuah wawancara. Dia menambahkan hal itu memberi perusahaan keyakinan bahwa vaksin itu akan sangat efektif melawan virus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
