Ada Stimulus US$ 1,9 T, Rupiah Bisa Tembus Rp 14.000?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 January 2021 08:55
Many bundles of US dollars bank notes
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.050/US$ pada perdagangan Kamis kemarin, setelah tertakan nyaris sepanjang perdagangan.

Indeks dolar AS yang bergerak naik turun kemarin membuat rupiah tertekan sebelum akhirnya berhasil menguat.

Di awal perdagangan kemarin, indeks dolar AS sempat turun 0,31%, tetapi berbalik naik 0,25%, sebelum akhirnya melemah ke 0,13% ke 90,239.

Pergerakan tersebut mengindikasikan pelaku pasar masih menimbang-nimbang kemana dolar AS akan melangkah di tahun ini.

Sebab, ada "bisik-bisik" di pasar jika bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di akhir tahun ini, yang berpeluang membuat dolar AS perkasa. Di sisi lain, semakin banyak analis mata uang yang memprediksi dolar AS masih akan melemah hingga 2 tahun ke depan.

Sementara itu pada hari ini, Jumat (15/1/2020), rupiah berpeluang kembali menguat setelah Presiden AS terpilih Joseph 'Joe' Biden pada Kamis waktu setempat mengumumkan akan menggelontorkan paket stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.

Stimulus tersebut dikatakan akan mendongkrak sentimen pelaku pasar, sehingga investasi akan menuju aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, dan dolar AS yang merupakan aset safe haven akan tertekan.

"Saya pikir posisi aset berisiko akan menjadi perhatian, jadi akan ada tekanan bagi dolar AS dalam jangka pendek. Saya melihat dolar AS akan melemah secara bertahap di 2021," kata Shusuke Yamada, kepala strategi mata uang Bank of Amerika di Tokyo, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (14/1/2021).

Selain itu, stimulus fiskal juga membuat jumlah uang beredar di perekonomian AS bertambah, secara teori nilai tukar dolar AS akan tertekan.

Secara teknikal, rupiah berhasil kembali ke bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.
Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

idrGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv 

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

Artinya jika hari ini rupiah kembali ke bawah MA 50, pola death cross akan berlanjut yang bisa membawa Mata Uang Garuda kembali perkasa.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh jual (oversold), sehingga tekanan terhadap rupiah sedikit berkurang.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di level Rp 14.050/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke level psikologis Rp 14.000/US$. Penembusan di bawah level psikologis akan membawa rupiah menguat lebih jauh.

Sementara jika kembali ke atas Rp 14.100 rupiah berisiko melemah ke Rp 14.135/US$ hingga Rp 14.170/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedang Tak Berharga, Dolar Makin Banyak 'Dibuang'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular