
Bos Waskita: SWF Darah Baru untuk Bisnis Infrastruktur RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk (WSKT), Destiawan Soewardjono menyebut keberadaan lembaga Dana Abadi Negara atau Sovereign Wealth Fund (SWF) menjadi angin segar bagi terbukanya sumber pendanaan baru untuk proyek infratruktur di tanah air.
Pasalnya, jika hanya mengandalkan pembiayaan dari perbankan komersial, pelaku usaha konstruksi akan terbebani dengan tingkat suku bunga yang cukup tinggi. Padahal, infrastruktur adalah proyek yang butuh pendanaan jangka panjang dengan tingkat suku bunga yang lebih kompetitif.
"Ini menjadi sumber darah baru buat bisnis konstruksi, di beberapa negara di dunia, SWF yang ada sebagian dialokasikan untuk infrastruktur. Ini padat modal, jangka pajang, harusnya bunga lebih rendah dari komersial, sehingga tidak jadi beban investor, kontraktor," katanya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia.
Destiawan melanjutkan, adanya SWF akan membantu perseroan dari sisi pendanaan, pasalnya, tahun ini, perseroan akan melakukan divestasi 11 ruas tol. Perinciannya, sebanyak 5 ruas tol carry over di tahun 2020 yang sebelumnya tertunda akibat pandemi. Sedangkan, pada tahun ini, ada 6 ruas yang akan didivestasi.
Waskita, kata dia, juga berharap proyek jalan tol yang tengah dijalankan bisa ikut terserap pada SWF yang tengah dibentuk Pemerintah sehingga bisa membantu kelancaran proyek infrastruktur.
"Kami berharap ke depan, kami bisa terbantu untuk financing. Dengan adanya SWF, maka pendanaan proyek infrastruktur, jalan tol, butuh dana jangka panjang dengan interest rate kompetitif bisa terjadi. Selama ini, dana komersial cukup membebani kondisi keuangan kami," tuturnya.
Waskita merupakan salah satu investor infrastruktur konektivitas terbesar di Indonesia dengan kepemilikan 17 ruas jalan tol dengan total panjang mencapai 909 KM.
Berdasarkan laporan keuangan Waskita per September 2020 seluruh aset jalan tol Waskita bernilai lebih dari Rp 60 triliun. Sedangkan, total aset keseluruhan mencapai Rp 115,63 triliun.
Liabilitas perseroan sampai dengan periode kuartal ketiga tahun ini tercatat sebesar Rp 91,86 triliun. Rinciannya, liabilitas jangka pendek sebesar Rp 38,79 triliun dan liabilitas jangka panjang senilai Rp 53,06 triliun, naik dari periode Desember 2019 sebesar Rp 48,44 triliun.
Sementara itu, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 23,76 triliun, menyusut dari posisi Desember tahun lalu Rp 29,11 triliun.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penantian Waskita, Dana Abadi akan Bantu Divestasi Ruas Tol