Bursa Asia Dibuka Menguat Cenderung Tipis, Nikkei 'Galau'

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 January 2021 09:04
A man walks in front of an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, June 17, 2020. Major Asian stock markets declined Wednesday after Wall Street gained on hopes for a global economic recovery and Japan's exports sank. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (AP/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia mayoritas dibuka menguat pada perdagangan Rabu (13/1/21), di tengah penguatan tipis bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (12/1/21) waktu setempat.

Hanya indeks Nikkei Jepang yang dibuka melemah pada hari ini, namun pelemahannya cenderung tipis, yakni 0,09%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona hijau pada hari ini. Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,12%, Shanghai Composite tumbuh 0,14%, Straits Times Index (STI) Singapura terapresiasi 0,16% dan KOSPI Korea Selatan naik 0,16%.

Investor saat ini sedang mengamati perkembangan virus corona (Covid-19) di kawasan Asia.

Berdasarkan laporan media lokal Jepang, Pemerintah akan memperluas keadaan darurat ke lebih banyak daerah pada hari ini.

Hal itu terjadi setelah Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga baru-baru ini mengumumkan keadaan darurat di Tokyo dan tiga daerah lainnya dalam upaya untuk membendung peningkatan infeksi Covid-19.

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks saham acuan Wall Street berakhir di zona hijau. Namun kenaikan yang terjadi cenderung tipis.

Indeks S&P 500 mengalami penguatan 0,04%. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,19% dan Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan melompat 0,28%.

Pelaku pasar saat ini sudah mewaspadai valuasi aset-aset ekuitas yang diperdagangkan secara publik. Valuasi yang sudah dinilai kemahalan membuat pasar membutuhkan koreksi yang sehat.

Para pelaku pasar mulai mengantisipasi valuasi saham di AS yang saat ini sudah terbilang 'mahal', sehingga memang rawan terjadi koreksi (pull back) untuk kembali menyehatkan valuasi yang sudah ketinggian.

Menggunakan metode valuasi forward price to earnings ratio (P/E), S&P 500 saat ini ditransaksikan di 22,7x.

Apabila menggunakan metrik valuasi yang dikembangkan oleh peraih Nobel ekonomi Robert J Shiller pada 2013 yang dikenal dengan Cyclically Adjusted Price to Earning (CAPE) ratio, rasio harga terhadap earning S&P 500 saat ini sudah mencapai 34,7x.

Reli pasar saham yang terjadi banyak dipandang sebagai fenomena bubble. Namun bukan berarti crash akan terjadi dalam waktu yang singkat. Hanya saja valuasi yang sudah tergolong mahal memang perlu dicermati dan diwaspadai.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular