Kick Off! Vaksinasi Corona RI Mulai Hari Ini, Rupiah Happy

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 January 2021 09:10
Foto Ilustrasi mata uang Dolar. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Thomas White)

Tiga, 'cuaca' di luar sedang cerah. Faktor eksternal ikut membantu penguatan rupiah.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup naik meski terbatas. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA menguat 0,19%, S&P 500 bertambah 0,04%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,28%.

Investor menggebu-gebu jelang pelantikan Joseph 'Joe' Biden sebagai Presiden AS pengganti Donald Trump pada 21 Januari 2021. Dengan kondisi Partai Demokrat yang menguasai eksekutif dan legislatif, sapu bersih, maka diharapkan berbagai kebijakan pemerintah akan mulus tanpa hambatan. Termasuk tambahan stimulus fiskal untuk mengatasi dampak pandemi virus corona.

"Siklus keuangan menjadi bintang pada awal tahun ini. Kemenangan Biden membawa ekspektasi paket stimulus tidak akan mengalami hambatan yang berarti," ujar Michael James, Managing Director Wedbush Securitites, sebagaimana diwartakan Reuters.

Keengganan investor untuk bermain aman dan memilih masuk ke instrumen berisiko yang mendatangkan cuan membuat dolar AS sepertinya masih akan tertekan. Berdasarkan survei bulanan Reuters edisi Januari 2021, semakin banyak pelaku pasar yang memperkirakan pelemahan dolar AS akan berlangsung dalam waktu yang tidak sebentar.

Dalam jajak pendapat 4-7 Januari 2021 terhadap 63 orang FX strategist, 46% di antaranya memperkirakan tren pelemahan dolar AS akan terjado 1.-2 tahun. Naik dibandingkan survei bulan sebelumnya, di mana yang memperkirakan hal itu adalah 39%. Menjawab pertanyaan performa mata uang mana yang lebih baik, negara maju atau negara berkembang, 83% responden menjawab mata uang negara berkembang akan lebih josss.

usdSumber: Reuters

"Kami akan mengalihkan pergerakan ke pasar negara berkembang untuk mencari keuntungan yang lebih tinggi. Untuk itu, kami akan keluar dari dolar AS," tegas Jane Foley, Head of FX Strategy di Rabobank, seperti dikutip dari Reuters.

"Kami melihat dolar AS sudah terlalu 'mahal'. Kita sekarang ada di titik di mana keuntungan berinvestasi di dolar AS sudah lenyap. Silakan bertanya kepada diri Anda sendiri, seberapa jauh dolar AS akan jatuh?" tegas Gavin Friend, Senior Market Strategist di National Australia Bank, juga kepada Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular