Harga Listrik di Jepang Mahal, Batu Bara Sentuh US$ 85/ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 January 2021 08:51
A pile of coal is seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara lanjut menguat pada perdagangan kemarin, Senin (11/1/2021). Kendati tak sekencang akhir pekan lalu, penguatannya cukup membuat harga batu bara kembali ke kisaran tertingginya dalam satu setengah tahun terakhir.

Harga kontrak futures (berjangka) batu bara ICE Newcastle yang aktif ditransaksikan di bursa berjangka menguat 0,47% ke US$ 85,1/ton. Pada periode 28 Desember 2020 - 6 Januari 2021, harga kontrak batu legam ini turun 11,5%. Namun dalam dua hari terakhir perdagangan pekan lalu harga batu bara melesat 11,9%.

Seolah balas dendam harga batu bara kembali ke rentang level tertingginya dalam satu setengah tahun terakhir. Dalam sepekan terakhir harga batu bara masih tercatat menguat 4,05%.

Sebagai informasi, kontrak batu bara yang digunakan sebagai acuan di sini merupakan kontrak berjangka yang mengacu pada batu bara di Pelabuhan Newcastle Australia. Kontrak ini berakhir pada 26 Februari 2021.

Ketatnya pasokan batu bara China di tengah tingginya permintaan untuk sektor pembangkit listrik menjadi pemicu utama kenaikan harga batu bara. Kendati China sudah melonggarkan kebijakan impornya dan terus berupaya mendongkrak produksi lokal tetap saja harga batu bara domestiknya enggan turun.

Tingginya harga batu bara acuan China membuat margin laba perusahaan setrum China tergerus. Di saat yang sama permintaan untuk konsumsi listrik meningkat saat musim dingin dan jelang perayaan tahun baru Imlek.

Alhasil pemerintah China harus membatasi penggunaan listrik di luar jam sibuk untuk pabrik sejak pertengahan Desember dengan melakukan pemadaman.

Pemadaman listrik selama seminggu di berbagai daerah telah diberlakukan di Shenzhen, ibu kota teknologi China, yang memiliki produk domestik bruto per kapita tertinggi di negara itu. Provinsi Jiangsu Timur juga memberlakukan pembatasan listrik.

Kebutuhan listrik di Jepang juga meningkat. Reuters melaporkan harga listrik di Negeri Sakura mengalami kenaikan menjadi 210,1 yen (US$ 2.02) per kilowatt hour (kWh). Kenaikan harga listrik terjadi seiring kondisi dingin yang mendera Jepang. 

Harga terus mencapai rekor tertinggi barunya secara berturut-turut dalam beberapa hari terakhir karena permintaan untuk pemanas meningkat, sementara perusahaan utilitas masih berjuang untuk mengoperasikan unit pembangkit yang mencukupi. Di sisi lain perusahaan setrum Jepang juga dihadapkan pada lonjakan harga bahan bakar.

Federasi perusahaan utilitas Jepang menyerukan kepada penduduk dan pelaku usaha untuk menghemat listrik. 

Ketika harga batu bara drop dan pandemi Covid-19 mengganggu rantai pasok batu bara global, para penambang memilih untuk memangkas produksinya. Namun kini kebangkitan ekonomi China dan periode musim dingin membuat permintaan meningkat dan harga melesat tajam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Akhir Musim Dingin, Harga Batu Bara China Mulai Jinak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular